Perkembangan Sejarah Keperawatan

BAB I

PENDAHULUAN

Latar belakang

Keperawatan lahir bersamaan dengan diciptakannya manusia oleh Tuhan, sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa setiap orang memerlukan asuhan keperawatan dalam hidupnya. Pada awalnya perawat dianggap sebagai pemberi asuhan, dimana pelakasanaannya dilakukan secara tradisional oleh kelompok, masyarakat, atau badan sosial. Perkembangan keperawatan yang kita ketahui saat ini tidak dapat dipisahkan dan sangat dipengaruhi oleh perkembangan struktur dan kemajuan peradaban manusia. Kepercayaan terhadap animisme, penyebaran agama-agama besar, dunia serta kodisi sosial ekonomi masyarakat, terjadinya perang, renaissance serta gerakan reformasi turut serta mewarnai perkembangan keperawatan. Dari sejarah kita dapat mengetahui pengalaman orang lain, dan mengambil pelajaran dari pengalaman tersebut untuk kita gunakan pada masa kini dan masa yang akan datang.

BAB II

PEMBAHASAN

Perawat dan Perawat Professional
Perawat adalah profesi yang difokuskan pada perawatan individu, keluarga, dan masyarakat sehingga mereka dapat mencapai, mempertahankan, atau memulihkan kesehatan yang optimal dan kualitas hidup dari lahir sampai mati.

Perawat bekerja dalam berbagai besar spesialisasi di mana mereka bekerja secara independen dan sebagai bagian dari sebuah tim untuk menilai, merencanakan, menerapkan dan mengevaluasi perawatan. Ilmu Keperawatan adalah bidang pengetahuan dibentuk berdasarkan kontribusi dari ilmuwan keperawatan melalui peer-review jurnal ilmiah dan praktek yang dibuktikan berbasis. Ini merupakan bidang yang dinamis praktek dan penelitian yang didasarkan dalam budaya kontemporer dan kekhawatiran itu sendiri dengan baik mainstream dan subkultur terpinggirkan dalam rangka untuk memberikan perawatan budaya paling sensitif dan kompeten.

Perawat professional adalah perawat yang bertanggung jawab dan berwenang memberikan pelayanan keperawatan secara mandiri dan atau berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain sesuai dengan kewenanganya (Depkes RI,2002).

Pengertian Keperawatan dan Perkembangannya.

Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang di dasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan biopsikososial dan spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat, baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. (Lokakarya, 1983).

Pada hakekatnya keperawatan merupakan suatu ilmu dan kiat, profesi yang berorientasi pada pelayanan, memiliki empat tingkatan klien (individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat) serta pelayanan yang mencakup seluruh rentang pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Adapun hakekat keperawatan adalah sebagai berikut :

Pertama, sebagai ilmu dan seni. Merupakan suatu ilmu yang dalam aplikasinya lebih kearah ilmu terapan dengan menggunakan pengetahuan, konsep, dan prinsip serta mempertimbangkan seni dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia dari berbagai kelompok ilmu diantaranya ilmu alam dasar, ilmu perilaku, ilmu sosial, ilmu keperawatan klinik dan komunitas serta dalam prakteknya menggunakan pendekatan ilmiah yang beorientasi pada proses penyelesaian masalah dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia.

Kedua, sebagai profesi yang berorientasi kepada pelayanan, maka dalam kesehariannya keperawatan berusaha dengan segala tindakan atau kegiatan bersifat membantu klien atau manusia dalam mengatasi efek dari masalah sehat atau sakit dalam kehidupannya untuk mencapai kesejahteraan.

Ketiga, mempunyai tiga sasaran dalam pelayanan keperawatan, diantaranya individu, keluarga dan masyarakat sebagai klien.

Keempat, pelayanan keperawatan mencakup seluruh rentang pelayanan kesehatan. Dalam pelayanan keperawatan bersama-sama dengan tenaga kesehatan lain memberikan pelayanan kesehatan melalui peningkatan kesehatan dan pembinaan kesehatan, pencegahan penyakit, penentuan diagnosis dini, penyembuhan serta rehabilitasi dan pembatasan kecacatan.

 Sejarah Perkembangan Keperawatan Sebagai Profesi.

Sejarah perkembangan keperawatan seabgai profesi dapat dilihat dari dua tinjauan : pertama, ditinjau dari perkembangan di dunia, dan kedua, perkembangan keperawatan di Indonesia.

a.      Sejarah Perkembangan Keperawatan di Dunia

Pertama, zaman purba, dimana pada zaman ini orang masih percaya pada sesuatu tentang adaya kekuatan mistis yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia, kepercayaan ini dikenal dengan nama animisme, di mana seseorang yang sakit dapat disebabkan karena kekuatan alam atau pengaruh kekuatan gaib sehingga timbul keyakinan bahwa jiwa yang jahat dapat menimbulkan kesakitan dan jiwa yang sehat dapat menimbulkan kesehatan dan kesejahteraan.

Kedua, zaman keagamaan, perkembangan keperawatan ini mulai bergeser kearah spiritual dimanaseseorang yang sakit dapat disebabkan karena adanya dosa atau kutukan Tuhan. Pusat perawtan adalah tempat-tempat ibadah, sehingga pada waktu itu pemimpin agama dapat disebut sebagai tabib yang mengobati pasien karena ada tanggapan yang mampu mengobati adalah pemimpin agam sedangkan pada waktu itu perawat dianggap sebagai budak yang hanya membantu dan bekerja atas perintah pemimpin agama

Ketiga, zaman masehi, keperawatan dimulai pada saat perkembangan agama Nasrani, di mana pada saat itu banyak membentuk diakones (deaconesses), suatu organisasi wanita yang bertujuan untuk mengunjungi orang sakit sedangkan laki-laki diberikan tugas dalam memberikan perawatan untuk mengubur bagi yang meninggal, sehingga pada saat itu berdirilah rumah sakit di Roma seperti Monastic Hospital.

Keempat, zaman permulaan abad 21, pada permulaan abad ini perkembangan keperawatan berubah, tidak lagi dikaitkan dengan faktor keagamaan akan tetapi berubah kepada faktor kekuasaan, mengingat pada masa itu adalah masa perang dan terjadi eksplorasi alam sehingga pesatlah perkembangan pengetahuan.

Kelima, zaman sebelum perang dunia kedua, pada masa perang dunia kedua ini timbul prinsip rasa cinta sesama manusia di mana saling membantu sesame manusia yang membutuhkan. Pada masa sebelu perang dunia kedua ini tokoh keperawatan Florence Nightingale (1820-1910) menyadari pentingnya adanya suatu sekolah untuk mendidik para perawat. Florence Nightingale mempunyai pandangan bahwa dalam mengembangkan keperawatan perlu dipersiapkan pendidikan bagi perawat, ketetntuan jam kerja perawat dan mempertimbangkan pendapat perawat. Usaha Florence adalah dengan  menetapkan struktur dasar di pendidikan perawat diantaranya mendirikan sekolah perawat, menetapkan tujuan pendidikan perawat serta menetapkan pengetahuan yang harus dimiliki para calon perawat.

Keenam, masa selama perang dunia kedua, selama masa ini timbul tekanan bagi dunia pengetahuan dalampenerapan teknologi akibat penderitaan yang panjang sehingga perlu meningkatkan diri dalam tindakan perawat mengingat penyakit dan korban perang yang beraneka ragam.

Ketujuh, masa pascaperang dunia kedua, masa ini masih berdampak bagi masyarakat seperti adanya penderitaan yang panjang akibat perang dunia kedua, dan tuntutan perawat untuk meningkatkan masyarakat sejahtera semakin pesat. Pada masa itu perkembangan perawat dimulai adanya sifat pekerjaan yang semula bersifat individu bergeser ke arah pekerjaan yang bersifat tim. Pada tahun 1948 perawat diakui sebagai profesi sehingga pada saat itu pula terjadi perhatian dalam pemberian penghargaan pada perawat atas tanggung jawabnya dalam bertugas.

Kedelapan, perode tahun 1950, pada masa itu keperawatan sudah mulai menunjukkan perkembangan khususnya penataan pada sistem pendidikan. Hal tersebut terbukti di negara Amerika sudah dimulai pendidikan setingkat master dan doctoral. Kemudian penerapan proses keperawatan sudah mulai dikembangkan dengan memberikan pengertian bahwa perawatan adalah proses yang dimulai dari pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanan dan evaluasi.

b.      Sejarah Perkembangan Keperawatan di Indonesia

Sejarah perkembangan keperawatan di Indonesia telah banyak dipengaruhi oleh penjajah colonial diantaranya Jepang, Belanda dan Inggris. Dalam perkembangannya di Indonesia dibagi menjadi dua masa diantaranya :

Pertama, masa sebelum kemerdekaan, pada masa itu negara Indonesia masih dalam penjajahan Belanda. Perawat yang berasal dari Indonesia disebut sebagai verpleger dengan dibantu oleh zieken oppaser sebagai penjaga orang sakit, perawat tersebut pertama kali bekerja di rumah sakit Binnen Hospital yang terletak di Jakarta pada tahun 1799 yang ditugaskan untuk memelihara kesehatan staf dan tentara Belanda, sehingga akhirnya pada masa belanda terbentuklah dinas kesehatan tentara dan dinas kesehatan rakyat. Karena tujuan pendirian rumah sakit hanya untuk kepentingan Belanda, maka tidak diikuti perkembangan keperawatan. Kemudiaan pada masa penjajahan Inggris yaitu Rafless, mereka memperhatikan kesehatan rakyat dengan motto kesehatan adalah milik manusia dan pada saat itu pula telah diadakan berbagai usaha dalam memelihara kesehatan diantaranya mengadakan pencacaran umum, membenahi cara perawatan pasien gangguan jiwa dan memperhatikan kesehatan para tahanan.

Beberapa rumah sakit dibangun khususnya di Jakarta yaitu pada tahun1819, didirikan rumah sakit Stadsverband, kemudian pada tahun 1919 rumah sakit tersebut pindah ke Salemba dan sekarang dikenal dengan RSCM (Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo), kemudian diikuti rumah sakit milik swasta. Pada tahun 1942-1945 terjadi kekalahan tentara sekutu dan kedatangan tentara Jepang. Perkembangan keperawatan mengalami kemunduran.

Kedua, masa setelah kemerdekaan pada tahun 1949 telah banyak rumah sakit yang didirikan serta balai pengobatan dan dalam rangka memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan pada tahun 1952 didirikan sekolah perawat, kemudian pada tahun 1962 telah dibuka pendidikan keperawatan setara dengan diploma. Pada tahnu 1985 untuk pertama kalinya dibuka pendidikan keperawatan setingkat dengan sarjana yang dilaksanakan di Universitas Indonesia dengan nama Program Studi Ilmu Keperawatan dan akhirnya dengan berkembangnya Ilmu Keperawatan, maka menjadi sebuah Fakultas Ilmu Keperawatan dan beberapa tahun kemudian diikuti berdirinya pendidikan keperawatan setingkat S1 di berbagai universitas di Indonesia seperti di Bandung, Yogyakarta, Surabaya dan lain-lain.

Keperawatan Sebagai Profesi.

Profesi adalah suatu pekerjaan yang ditujukan untuk kepentingan masyarakat dan bukan untuk kepentingan golongan atau kelompok tertentu. Profesi sangat mementingkan kesejahteraan orang lain, dalam konteks bahasan ini konsumen sebagai penerima jasa pelayanan keperawatan professional.

Menurut Webster profesi adalah pekerjaan yang memerlukan pendidikan yang lama dan menyangkut ketrampilan intelaktual.

Kelly dan Joel, 1995 menjelaskan professional sebagai suatu karakter, spirit atau metode professional yang mencakup pendidikan dan kegiatan diberbagai kelompok okupasi yang angotanya berkeinginan menjadi professional. Professional merupakan suatu proses yang dinamis untuk memenuhi atau mengubah karakteristik kearah suatu profesi.

Keperawatan sebagai profesi merupakan salah satu pekerjaan di mana dalam menentukan tindakannya didasari pada ilmu pengetahuan serta memiliki keterampilan yang jelas dalam keahliannya, selain itu sebagai profesi keperawatan mempunyai otonomi dalam kewenangan dan tanggung jawab dalam tindakan serta adanya kode etik dalam bekerjanya kemudian juga berorientasi pada pelayanan dengan melalui pemberian asuhan keperawatan kepada individu, kelompok atau masyarakat.

Bentuk asuhan keperawatan ini sendiri merupakan suatu proses dalam praktek keperawatan yang langsung diberikan kepada klien pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan, dengan menggunakan metodologiproses keperawatan, berpedoman pada standar keperawatan, dilandasi etik keperawatan dalam lingkup wewenang serat tanggung jawab kepeawatan. Praktek keperawatan juga merupakan tindakan mandiri perawat professional melalui kerjasama berbentuk kolaborasi dengan pasien dan tenaga kesehatan lainnya dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan lingkup wewenang dan tanggung jawabnya.

Berdasarkan penggunaan asuhan keperawatan dalam praktek keperawatan ini, maka keperawatan keperawatan dapat dikatakan sebagai profesi yang sejajar dengan profesi dokter, apoteker, dokter gigi dan lain-lain. Dengan demikian keperawatan dapat dikatakan sebagai profesi karena memiliki :

1.      Landasan Ilmu Pengetahuan yang jelas (scientific nursing).

Landasan ilmu pengetahuan keperawatan yang dimaksud itu adalah,

a)      Pertama, memiliki cabang ilmu keperawatan di antaranya ilmu keperawatan dasar yang terdiri dari konsep dasar keperawatan, keperawatan professional, komunikasi keperawatan, kepemimpinan dan manajemen keperawatan, kebutuhan dasar manusia, pendidikan keperawatan, pengantar riset keperawatan dan dokumentasi keperawatan.
b)      Kedua, cabang ilmu keperawatan klinik meliputi keperawatan anak, keperawatan maternitas, keperawatan medikal bedah, keperawatan jiwa, keperawatan gawat darurat.
c)      Ketiga, cabang ilmu keperawatan komunitas meliputi keperawatan komunitas, keperawatan keluarga, keperawatan gerontik.
d)     Keempat, kelompok cabang ilmu penunjang meliputi kelompok ilmu humaniora, ilmu alam dasar, ilmu perilaku, ilmu social, ilmu biomedik, ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu kedokteran klinik.

2.      Memiliki kode etik profesi.

Kode etik keperawatan pada tiap negara berbeda-beda akan tetapi pada prinsipnya adalah sama yaitu berlandaskan etika keperawatan yang dimilikinya, dan di negara Indonesia memiliki kode etik keperawatan yang telah ditetapkan pada musyawarah nasional dengan nama kode etik keperawatan Indonesia.

3.      Memiliki lingkup dan wewenang praktek keperawatan berdasarkan standar praktek keperawatan atau standar asuhan keperawatan yang bersifat dinamis.

Lingkup dan wewenang praktek keperawatan ini diatur pada izin praktek keperawatan yang berdasarkan peran dan fungsi perawatan dalam melaksanakan tugas, serta dalam memberikan tindakan berdasarkan standar asuhan keperawatan.

4.      Memiliki organisasi profesi

Saat ini Indonesia memiliki organisasi profesi keperawatan dengan nama PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia) dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. Sedangkan organisasi keperawatan dunia dengan nama Internasional Council Of Nurses (ICN).

Gary dan Pratt (1991), Kiozer Erb dan Wilkinson (1995) mengemukakan karakteristik professional sebagai berikut :

a)      Konsep misi yang terbuka terhadap perubahan
b)      Penguasaan dan penggunaan pengetahuan teoritis
c)      Kemampuan menyelesaikan masalah
d)     Pengembangan diri secara berkesinambungan
e)      Pendidikan formal
f)       System pengesahan terhadap kompetensi
g)      Penguatan secara legal terhadap standart professional
h)      Praktik berdasarkan etik
i)        Hukum terhadap malpraktik
j)        Penerimaan dan pelayanan pada masyarakat
k)      Perbedaan peran antara pekerja professional dengan pekerjaan lain dan membolehkan praktik yang otonom.

Cerminan nilai professional perawat dalam praktik keperawatan dikelompokkan dalam nilai intelektual dan nilai komitmen moral interpersonal, sebagai berikut :

1.      Nilai intelektual

Nilai intelektual dalam praktik keperawatan terdiri dari  :
a.       Body of Knowledge
b.      Pendidikan spesialisasi (berkelanjutan)
c.       Menggunakan pengetahuan dalam berpikir secara kritis dan kreatif.

2.   Nilai komitmen moral

Pelayanan keperawatan diberikan dengan konsep altruistic, dan memperhatikan kode etik keperawatan. Menurut Beauchamp & Walters (1989) pelayanan professional terhadap masyarakat memerlukan integritas, komitmen moral dan tanggung jawab etik.

Aspek moral yang harus menjadi landasan perilaku perawat

a.       Beneficience
Perawat selalu mengupayakan keputusan yang dibuat berdasarkan keinginan melakukan yang terbaik dan tidak merugikan klien. (Johnstone, 1994)

b.      Fair
Tidak mendeskriminasikan klien berdasarkan agama, ras, sosial budaya, keadaan ekonomi dan sebagainya, tetapi memprlakukan klien sebagai individu yang memerlukan bantuan dengan keunikan yang dimiliki.

c.       Fidelity
Berperilaku caring (peduli, kasih sayang, perasaan ingin membantu), selalu berusaha menepati janji, memberikan harapan yang memadahi, komitmen moral serta memperhatikan kebutuhan spiritual klien.

Pendidikan Keperawatan.

Jenis dan Jenjang Pendidikan Keperawatan di Indonesia maupun di Luar negeri

  1. Program Pendidikan Diploma III Keperawatan

Pada Jenjang pendidikan,Diploma III bersifat pendidikan profesi,menghasilkan Ahli Madya Keperawatan (A.Md.Kep) sebagai perawat professional pemula. Pendidikan Keperawatan pada jenjang diploma dikembangkan terutama untuk menghasilkan lulusan/ perawat yang memiliki sikap dan menguasai kemampuan keperawatan umum dan  dasar. Pendidikan pada tahap ini lebih menekankan penguasaan sikap, pengetahuan dan keterampilan professional dalam keperawatan.

  1. Program Pendidikan Sarjana Keperawatan

Pendidikan pada tahap ini bersifat pendidikan akademik professional (Pendidikan Keprofesian), menekankan pada penguasaan landasan keilmuan, yaitu ilmu keperawatan dan ilmu-ilmu penunjang,penumbuhan serta pembinaan dan keterampilan professional dalam keperawatan. pada jenjang pendidikan ini, perawat generalis, terdapat dua tahap program, yaitu tahap program akademik yang pada akhir pendidikan mendapat gelar akademik sarjana keperawatan (S.Kep) dan tahap Program Keprofesian yang Pada akhir pendidikan mendapat sebutan profesi “ners”(Ns)

  1. Program Pendidikan Magister keperawatan

Dalam menghadapi tekanan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tuntutan kebutuhan dan permintaan masyarakat yang diperkirakan akan terus meningkat, pendidikan pascasarjana dalam bidang keperawatan juga dikembangkan. Hal ini diperlukan agar pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang keperawatan melalui berbagai bentuk penelitian dapat dilaksanakan, dan selanjutnya dimanfaatkan dalam upaya meningkatkan mutu askep.

  1. Program pendidikan spesialis bidang keperawatan

Dalam memenuhi atau menjawab tuntutan kebutuhan masyarakat dan pembangunan kesehatan di masa depan, dan bertolak pada dalam memberi askep kepada klien untuk menghadapi tantangan global dan sebagai profesi mandiri serta menjawab tantangan masa depan diperlukan pendidikan spesialisasi atau setingkat Masgiter sesuai dengan bidang keahlian

PERKEMBANGAN ORGANISASI PROFESI KEPERAWATAN

  1. ICN (International Council of Nurses) organisasi profesional wanita pertama di dunia didirikan tgl 1 Juli 1899 oleh Mrs.Bedford Fenwick.

Tujuannya:

    1. memperkokoh silaturahmi perawat seluruh dunia
    2. memberi kesempatan bertemu bagi perawat di seluruh dunia untuk membicarakan masalah keperawatan
    3. menjunjung peraturan dalam ICN agar dapat mencapai kemajuan dalam pelayanan, pendidikan keperawatan berdasarkan kode etik profesi keperawatan.
  1. American Nursing Asosiation (ANA) didirikan tahun 1800 yang anggotanya dari negara-negara bagian, berperan : menetapkan standar praktek keperawatan
  1. Canadian Nurse Association (CNA) tujuan sama dengan ANA memberikan izin praktek keperawatan mandiri
  2. NLN (National League for Nursing) didirikan tahun 1952, bertujuan untuk pengembangan peningkatan mutu layanan keperawatan dan pendidikan keperawatan.
  1. British Nurse Association didirikan tahun 1887, tujannya : memperkuat persatuan dan kesatuan seluruh perawat di Inggris dan berusaha memperoleh pengakuan terhadap profesi keperawatan.

Kebijakan Pemerintah Dalam Keperawatan.

Kebijakan pemerintah dalam dunia keperawatan dituangkan dalam berbagai hal melalui sistem poloitik yang ada akan sangat berpengaruh dalam sistem pemberian pelayanan kesehatan. Perawat sebagai tenaga professional bertanggung jawab dan berwenang memberikan pelayanan keperawatan secara mandiri dan berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain sesuai dengan kewenanganya, terutama terkait dengan lingkup praktik dan wewenang perawat. Untuk pencapaian Praktik keperawatan tersebut perlu ketetapan (legislasi) yang mengatur hak dan kewajiban perawat yang terkait dengan pekerjaan profesi. Legislasi yang dimaksudkan untuk memberikan perlindungan hukum bagi masyarakat dan perawat. Dalam rangka perlindungan hukum tersebut, perawat perlu diregistrasi, disertifikasi dan memperoleh izin praktik (lisensi).

Peraturan menteri kesehatan republik Indonesia

NOMOR HK.02.02/MENKES/148/1/2010

TENTANG

IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK PERAWAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 23 ayat (5) undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan perlu menetapkan peraturan menteri Kesehatan Tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat.

•      Undang-undang nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia  Tahun 2004 Nomor 116, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431).

•      Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah (Lembaran Negara republik Indonesia tahun 2004 nomor 125,tambaran lembaran Negara republic Indonesia nomor 4437) sebagaimana telah diubah terakhir dengan undang-undang nomor 12 tahun 2008 tentang perubahan kedua atas undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemrintahan daerah (lembaran Negara republic Indonesia tahun 2008 nomor 59,tambahan lembaran Negara republic  nomor 4844).

•      undang-undang  nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan(lembaran Negara republic Indonesia tahun 2009 nomor 144, tambahan lembaran Negara republic Indonesia nomor 5063).

•      peraturan pemerintah nomor 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan(lembaran Negara republic Indonesia tahun 1996 nomor 49, tambahan lembaran Negara republic Indonesia nomor 3637).

•      peraturan pemerintah nomor 38 tahun 2007 tentang pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah,pemerintahan daerah provinsi ,dan pemerintahan daerah kabupaten/Kota (lembaran Negara republic Indonesia tahun 2007 nomor 82, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4737).

•      Peraturan menteri kesehatan  nomor 1575/Menkes/Per/X1/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan sebagaimana  telah diubah terakhir dengan peraturan Menteri Kesehatan.

Konsep Berfikir Kritis dalam Keperawatan

 BERFIKIR KRITIS/CRITICAL THINKING

  1. A.      Pengertian

Berpikir merupakan suatu proses yang berjalan secara berkesinambungan mencakup interaksi dari suatu rangkaian pikiran dan persepsi. Critical berasal dari bahasa Grika yang berarti : bertanya, diskusi, memilih, menilai, membuat keputusan. Kritein yang berarti to choose, to decide. Krites berarti judge. Criterion (bahasa Inggris) yang berarti standar, aturan, atau metode. Critical thinking ditujukan pada situasi, rencana dan bahkan aturan-aturan yang terstandar dan mendahului dalam pembuatan keputusan (Mz. Kenzie).

Critical thinking yaitu investigasi terhadap tujuan guna mengeksplorasi situasi, fenomena, pertanyaan atau masalah untuk menuju pada hipotesa atau keputusan secara terintegrasi. Menurut Bandman (1998) berfikir kritis adalah pengujian yang rasional terhadap ide-ide, pengaruh, asumsi, prinsip-prinsip, argument, kesimpulan-kesimpulan, isu-isu, pernyataan, keyakinan dan aktivitas. Pengujian ini berdasarkan alasan ilmiah, pengambilan keputusan, dan kreativitas. Menurut Brunner dan Suddarth (1997), berpikir kritis adalah proses kognitif atau mental yang mencakup penilaian dan analisa rasional terhadap semua informasi dan ide yang ada serta merumuskan kesimpulan dan keputusan.

Berpikir kritis digunakan perawat untuk beberapa alasan :

  1. Mengikuti pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
  2. Penerapan profesionalisme
  3. Pengetahuan tehnis dan keterampilan tehnis dalam memberi asuhan keperawatan.
  4. Berpikir kritis merupakan jaminan yang terbaik bagi perawat dalam menuju keberhasilan dalam berbagai aktifitas

Berpikir kritis juga dapat dikatakan sebagai konsep dasar yang terdiri dari konsep berpikir yang berhubungan dengan proses belajar dan kritis itu sendiri berbagai sudut pandang selain itu juga membahas tentang komponen berpikir kritis dalam keperawatan yang di dalamnya dipelajari karakteristik, sikap dan standar berpikir kritis, analisis, pertanyaan kritis, pengambilan keputusan dan kreatifitas dalam berpikir kritis.

Freely mengidentifikasi bahwa berpikir kritis diperlukan guna mengembangkan kemampuan analisa, kritis, dan ide advokasi. Freely mengidentifikasi bahwa berpikir kritis menggunakan kemampuan deduktif dan induktif, kemampuan mengambil keputusan yang tepat didasarkan pada fakta dan keputusan yang dihasilkan melalui berpikir kritis

Beberapa tahun yang lalu keperawatan memutuskan bahwa berpikir kritis dalam keperawatan penting untuk disosialisasikan. Meskipun ada Literatur yang menjelaskan tentang berpikir kritis tetapi spesifikasi berpikir kritis dalam keperawatan sangat terbatas. Tahun 1997 & 1998 penelitian menegaskan secara lengkap tentang berpikir kritis dalam keperawatan.

Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut :
Berpikir kritis dalam keperawatan merupakan komponen dasar dalam mempertanggungjawabkan profesi dan kualitas perawatan. Pemikir kritis keperawatan menunjukkan kebiasaan mereka dalam berpikir, kepercayaan diri, kreativitas, fleksibiltas, pemeriksaan penyebab (anamnesa), integritas intelektual, intuisi, pola piker terbuka, pemeliharaan dan refleksi. Pemikir kritis keperawatan mempraktekkan keterampilan kognitif meliputi analisa, menerapkan standar, prioritas, penggalian data, rasional tindakan, prediksi, dan sesuai dengan ilmu pengetahuan.

Proses berpikir ini dilakukan sepanjang waktu sejalan dengan keterlibatan kita dalam pengalaman baru dan menerapkan pengetahuan yang kita miliki, kita menjadi lebih mampu untuk membentuk asumsi, ide-ide dan membuat kesimpulan yang valid, semua proses tersebut tidak terlepas dari sebuah proses berpikir dan belajar.

Keterampilan kognitif yang digunakan dalam berpikir kualitas tinggi memerlukan disiplin intelektual, evaluasi diri, berpikir ulang, oposisi, tantangan dan dukungan.

Berpikir kritis adalah proses perkembangan kompleks yang berdasarkan pada pikiran rasional dan cermat menjadi pemikir kritis adalah denominator umum untuk pengetahuan yang menjadi contoh dalam pemikiran yang disiplin dan mandiri.

Berpikir kritis merupakan suatu tehnik berpikir yang melatih kemampuan dalam mengevaluasikan atau melakukan penilaian secara cermat tentang tepat tidaknya atau layak tidaknya suatu gagasan. Berpikir kritis merupakan suatu proses berpikir (kognitif) yang mencakup penilaian analisa secara rasional tentang semua informasi, masukan, pendapat, dan ide yang ada, kemudian merumuskan kesimpulan.

  1. B.      Karakteristik Berpikir Kritis

Karakteristik berpikir kritis adalah :

  1. 1.      Konseptualisasi

Konseptualisasi artinya proses intelektual membentuk suatu konsep. Sedangkan konsep adalah fenomena atau pandangan mental tentang realitas, pikiran-pikiran tentang kejadian, objek, atribut, dan sejenisnya. Dengan demikian konseptualisasi merupakan pikiran abstrak yang digeneralisasi secara otomatis menjadi simbol-simbol dan disimpan dalam otak.

 

  1. 2.      Rasional dan beralasan.

Artinya argumen yang diberikan selalu berdasarkan analisis dan mempunyai dasar kuat dari fakta fenomena nyata.

  1. 3.      Reflektif

Artinya bahwa seorang pemikir kritis tidak menggunakan asumsi atau persepsi dalam berpikir atau mengambil keputusan tetapi akan menyediakan waktu untuk mengumpulkan data dan menganalisisnya berdasarkan disiplin ilmu, fakta dan kejadian.

  1. 4.      Bagian dari suatu sikap.

Yaitu pemahaman dari suatu sikap yang harus diambil pemikir kritis akan selalu menguji apakah sesuatu yang dihadapi itu lebih baik atau lebih buruk dibanding yang lain.

  1. 5.      Kemandirian berpikir

Seorang pemikir kritis selalu berpikir dalam dirinya tidak pasif menerima pemikiran dan keyakinan orang lain menganalisis semua isu, memutuskan secara benar dan dapat dipercaya.

  1. 6.      Berpikir adil dan terbuka

Yaitu mencoba untuk berubah dari pemikiran yang salah dan kurang menguntungkan menjadi benar dan lebih baik.

  1. 7.      Pengambilan keputusan berdasarkan keyakinan.

Berpikir kritis digunakan untuk mengevaluasi suatu argumentasi dan kesimpulan, mencipta suatu pemikiran baru dan alternatif solusi tindakan yang akan diambil.

Wade (1995) mengidentifikasi  delapan kerakteristik berpikir kritis, yakni meliputi:

  1. Kegiatan merumuskan pertanyaan
  2. Membatasi permasalahan
  3. Menguji data-data
  4. Menganalisis berbagai pendapat
  5. Menghindari pertimbangan yang sangat emosional
  6. Menghindari penyederhanaan berlebihan
  7. Mempertimbangkan berbagai interpretasi
  8. Mentolerasi ambiguitas

 

 

  1. C.      Model Berfikir Kritis

Sebelum melanjutkan lebih jauh, kita perlu mencoba untuk menemukan jalan yang membantu pelajar pemula untuk belajar tentang berpikir kritis dan termasuk perkembangan model berpikir kritis yang menjadi pokok bahasan. Banyak klasifikasi berpikir yang ditemukan di literature. Costa and Colleagues (1985). Menurut Costa and Colleagues klasifikasi berpikir dikenal sebagai “The Six Rs” yaitu :

  1. Remembering (Mengingat)
  2. Repeating (Mengulang)
  3. Reasoning (Memberi Alasan/rasional)
  4. Reorganizing (Reorganisasi)
  5. Relating (Berhubungan)
  6. Reflecting (Memantulkan/merenungkan)

Lima Model Berfikir Kritis

Meskipun The Six Rs sangat berguna namun tidak semuanya cocok dengan dalam keperawatan. Kemudian Perkumpulan Keperawatan mencoba mengembangkan gambaran berpikir dan mengklasifikasikan menjadi 5 model disebut T.H.I.N.K. yaitu: Total Recall, Habits, Inquiry, New Ideas and Creativity, Knowing How You Think.

Sebelum mempelajari lebih jauh tentang Model T.H.I.N.K., kita perlu untuk mempelajari asumsi yang menggarisbawahi pendekatan lima model tersebut. Asumsi berpikir kritis adalah komponen dasar yang meliputi pikiran, perasaan dan berkerja bersama dengan keperawatan. Ada beberapa asumsi tentang berpikir kritis, yaitu sebagai berikut.

Asumsi pertama adalah berpikir, merasa, dan keahlian mengerjakan seluruh komponen esensial dalam keperawatan dengan bekerja sama dan saling berhubungan. Berfikir kritis melibatkan pikiran, perasaan, dan bekerja yang ketiganya merupakan keseluruhan komponen penting bagi perawat profesional yang berkerja bersama-sama berpikir tanpa bekerja adalah sia-sia, bekerja tanpa perasaan adalah hal yang sangat tidak mungkin, pengenalan nilai-nilai keterkaitan antara pikiran, perasaan, dan berkerja merupakan tahap penting dalam memulai praktik profesional.

Berpikir tanpa mengerjakan adalah suatu kesia-siaan. Mengerjakan sesuatu tanpa berpikir adalah membahayakan. Dan berpikir atau mengerjakan sesuatu tanpa perasaan adalah sesuatu yang tidak mungkin. Perasaan, diketahui sebagai status afektive yang mempengaruhi berpikir dan mengerjakan dan harus dipertimbangkan saat belajar berpikir dan menyimpulkan sesuatu. Pengakuan atas 3 hal (Thinking, Feeling, and Doing) mengawali langkah praktek professional ke depan.

Asumsi yang kedua mengakui bahwa berpikir, merasakan, dan mengerjakan tidak bisa dipisahkan dari kenyataan praktek keperawatan. Hal ini dapat dipelajari dengan mendiskusikan secara terpisah mengenai ketiga hal tersebut. Meliputi belajar mengidentifikasi, menilai dan mempercepat kekuatan perkembangan dalam berpikir, merasa dan mengerjakan sesuai praktek keperawatan.

Berpikir kritis memerlukan pengetahuan, walaupun pikiran, perasaan, dan bekerja adalah sesuatu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam keadaan nyata pada praktek keperawatan, tetapi dapat dipisahkan menjadi bagian-bagian untuk proses pembelajaran.

Asumsi yang ketiga bahwa perawat dan perawat pelajar bukan papan kosong, mereka dalam dunia keperawatan dengan berbagai macam keahlian berpikir. Model yang membuat berpikir kritis dalam keperawatan meningkat. Oleh karena itu bukan merupakan suatu kesungguhan yang asing jika mereka menggunakan model sama yang digunakan setiap hari. Berpikir kritis dalam keperawatan bukan sesuatu yang asing, karena sebenarnya terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

Asumsi yang keempat yang mempertinggi berpikir adalah sengaja berbuat sesuai dengan pikiran dan yang sudah dipelajari. Berpikir kritis dapat dipelajari melalui bacaan. Para pembaca dapat belajar bagaimana cara meningkatkan kemampuan berpikirnya.

Asumsi yang kelima bahwa pelajar dan perawat menemukan kesulitan untuk mengambarkan keahlian mereka berpikir. Sebagian orang jarang bertanya “bagaimana pelajar dan perawat berpikir”, selalu yang ditanyakan adalah “apa yang kamu pikirkan”. Berpikir kritis adalah cara berpikir secara sistematis dan efektif.

Asumsi yang keenam bahwa berpikir kritis dalam keperawatan merupakan gabungan dari beberapa aktivitas berpikir yang bersatu dalam konteks situasi dimana berpikir dituangkan. Berpikir kritis dalam keperawatan adalah campuran dari beberapa aktifitas berpikir yang berhubungan dengan konteks dan situasi dimana proses berpikir itu terjadi.

 

 

Total Recall (T)

Total Recall berarti mengingat fakta atau mengingat dimana dan bagaimana untuk mendapatkan fakta/data ketika diperlukan. Data keperawatan bisa dikumpulkan dari banyak sumber, yaitu pembelajaran di dalam kelas, informasi dari buku, segala sesuatu yang perawat peroleh dari klien atau orang lain, data klien dikumpulkan dari perasaan klien, instrument (darah, urine, feses, dll), dsb.

Total recall juga membutuhkan kemampuan untuk mengakses pengetahuan, dengan adanya pengetahuan akan menjadikan sesuatu dipelajari dan dipertahankan dalam pikiran. Masing-masing individu mempunyai pengetahuan yang berbeda-beda dalam pikiran mereka. Ada sekelompok yang mempunyai pengetahuan sangat luas dan ada yang sebaliknya. Keperawatan diawali dengan pengetahuan yang minimal tetapi kemudian secara pesat meluas seiring dengan adanya sekolah-sekolah keperawatan.

Contoh pertanyaan Total Recall:

  1. Berapa nomor telepon STIKIM?
  2. Dimana alamat STIKIM?
  3. Berapa Hemoglobin Tn A 2 jam post operasi?
  4. Berapa Trombosit Tn. B dengan DHF?

 

 

Yang perlu dipelajari :

  1. Bagaimana menjawab pertanyaan tersebut dengan tepat dan cepat?
  2. Bagaimana data tersebut dapat kita ungkapkan setiap saat?
  3. Berapa banyak data yang bisa kita simpan?
  4. Bagaimana rumus/kunci menghafal untuk meningkatkan memori?

     

   Habit/Kebiasaan (H)

Habits merupakan pendekatan berpikir ditinjau dari tindakan yang diulang berkali-kali sehingga menjadi kebiasaan yang alami. Mereka menerima apa yang mereka kerjakan menghemat waktu dan mudah untuk dilakukan. Manusia selalu menggambarkan sesuatu yang mereka kerjakan sebagai kebiasaan seperti “saya mengerjakan sesuatu di luar pikiran”. Hal ini bukan kebiasaan dalam keperawatan karena tindakan yang dilakukan tidak menggunakan proses berpikir. Hal ini terjadi jika proses berpikir sudah berakar dalam diri mereka dalam melihat sesuatu atau kemungkinan yang terjadi, di bawah sadar.

Habits mengikuti sesuatu yang dikerjakan diluar metode baru setiap waktu. Contoh : pernahkah kita mengendarai kendaraan dan apakah pernah kita ingat pepohonan yang pernah kita lewati? Yang kita pikirkan dan harapkan adalah supaya kita terhindar dari kecelakaan.

Cardipulmonary Resuscitation (CPR) adalah suatu kebiasaan yang sangat penting dalam keperawatan. Ketika seseorang menjelang ajal, sebuah solusi yang cepat yang dibutuhkan disini adalah melakukan pijat jantung (CPR), memberikan injeksi, mempertahankan suhu tubuh, memasang kateter, dan aktivitas lainnya. Hal tersebut merupakan suatu kebiasaan yang alami terjadi dan dilakukan oleh perawat.

Yang perlu dipelajari :

  1. Bagaimana sesuatu menjadi sesuatu kebiasaan?
  2. Mengapa suatu aktivitas berguna?
  3. Cara apa yang terbaik untuk mengembangkan kebiasaan?

 

Inquiry/Penyelidikan/menanyakan keterangan (I)

Inquiry merupakan latihan mempelajari suatu masalah secara mendalam dan mengajukan pertanyaan yang mendekati kenyataan. Jika kita berada di tingkat pertanyaan ini dalam situasi social, kita akan disebut “Mendesak”. Hal ini meliputi penggalian data dan pertanyaan, khususnya pendapat dalam situasi tertentu. Ini berarti tidak menilai dari raut wajah, mencari factor-faktor yang menyebabkan, keragu-raguan pada kesan pertama, dan mengecek segalanya, tidak ada masalah bagaimana memperlihatkan ketidaksesuaian.

Inquiry merupakan kebutuhan primer dalam berpikir yang digunakan untuk menyimpulkan sesuatu. Kesimpulan tidak dapat diambil jika tanpa inquiry, tetapi kesimpulan akan lebih akurat jika menggunakan inquiry.

Inquiry bisa diwujudkan melalui :

  1. Melihat sesuatu (menerima informasi)
  2. Mendapatkan kesimpulan awal
  3. Mengakui keterbatasan pengetahuan yang dimiliki
  4. Mengumpulkan data atau informasi mendekati masalah utama
  5. Membandingkan informasi baru dengan yang sudah diketahui
  6. Menggunakan pertanyaan netral
  7. Menemukan satu atau lebih kesimpulan
  8. Memvalidasi kesimpulan utama dan alternative untuk mendapatkan informasi lebih banyak lagi.

Contoh :

Pukul 3 pagi, perawat melihat lampu kamar Tn. X masih menyala. Kemudian perawat mendekati pasien dan menanyakan “Selamat pagi Tn.X, saya melihat lampu kamar anda masih menyala, apa yang anda lakukan? ada yang bisa saya bantu?” Tn. X tersenyum dan menjawab “saya baik-baik saja.” Perawat mengobservasi dan menemukan tissue di lantai dan melihat bahwa mata Tn.X merah dan bengkak.
Dari kasus tersebut bisa kita dapatkan kesimpulan sementara (sedikitnya 4 kesimpulan), yaitu :

  1. Klien baik-baik saja, memang normal klien bangun pada jam tersebut dan mata klien merah mungkin karena klien menggosok matanya akibat alergi
  2. Klien baik-baik saja tetapi tidak bisa tidur siang sebentar karena rasa bosan. Sehingga mata terlihat merah dan bengkak
  3. Klien tidak dalam keadaan baik tetapi tidak ingin berbicara kepada siapapun tentang masalahnya
  4. Klien dalam keadaan tidak baik tetapi tidak tahu bagaimana untuk minta bantuan kepada orang lain

Disini peran perawat adalah memvalidasi : “Anda bicara kalau anda baik-baik saja, tetapi saya melihat mata anda merah dan bengkak” Kemudian bandingkan dengan informasi yang diperoleh teman kita. Yang perlu dipelajari :

Apakah kita mendapat jawaban yang sebenarnya dari pertanyaan kita? Kapan kita membandingkan jawaban yang kita peroleh dengan jawaban teman kita apakah ada perbedaan?

 

New Ideas and Creativity (N)

Ide baru dan kreativitas terdiri dari model berpikir unik dan bervariasi yang khusus bagi individu. Kekhususan dalam berpikir ini akan selalu dibawa individu selama hidupnya dan biasanya membentuk kembali norma. Seperti Inquiry, model ini membawa kita sesuai ide dari literature. Berpikir kreatif merupakan kebalikan dan akhir dari Habits Model (kebiasaan). Dari kalimat “melakukan sesuatu seperti biasanya” menjadi “Mari mencoba cara baru”. Berpikir kreatif tidak untuk menjadi pengecut, tetapi salah satu kadang-kadang akan terlihat bodoh dan tidak sesuai dengan ketentuan yang ada. Pemikir kreatif menghargai kesalahan yang mereka lakukan untuk mempelajari nilai.

Ide baru dan kreativitas sangat penting dalam keperawatan karena merupakan dasar dalam merawat pelanggan atau klien. Banyak hal yang harus dipelajari perawat untuk menjadi cocok, terpadu, dan bekerja menyesuaikan keunikan klien. Perawat mempunyai standart pendekatan untuk menghemat waktu perawatan dan secara keseluruhan bekerja dengan baik, tetapi cara kerja perawat berbeda satu sama lain. Contoh : Yudi yang tinggal di rumah perawatan menghabiskan sisa harinya di atas kursi roda, keluar-masuk ke ruangan yang sama tiap harinya. Dia tidak pernah berkata kepada seorangpun meskipun perawat mengulangi kata-kata yang sama dan sudah memahami cara berkomunikasi.

Ketika dalam komunikasi kita berpikir, kebanyakan orang berpikiran bahwa berbicara kepada orang lain merupakan cara standar untuk membesarkan hati melalui komunikasi. Jadi hal tersebut yang sebagian perawat lakukan, kecuali Ella (contoh). Suatu hari Ella berlutut di depan kursi roda Yudi dan merangkulnya. Memandang Yudi dan dengan senyum yang lebar mengajaknya bernyanyi. Apa yang terjadi? Yudi menyanyi. Tidak hanya menyanyi tetapi juga mempunyai suara seperti penyanyi bangsa Irlandia.

Sekarang apa yang dapat kita pikirkan dari cerita tersebut? Kebanyakan perawat memahami komunikasi terapeutik yang mereka pelajari dari buku. Pendekatan verbal untuk komunikasi terapeutik bisa dilakukan dengan kebanyakan klien. Ella, meskipun mengembangkan komunikasi dengan cara sentuhan dan menyanyi hal tersebut kreativitas yang dimiliki yang tidak disebutkan dalam literature.

Yang perlu dipelajari :

  1. Bagaimana perasaan anda jika mempunyai ide baru atau kreativitas baru?
  2. Berapa lama dalam sehari anda berkreativitas?
  3. Berapa lama dalam seminggu?
  4. Apa yang membuat berbahaya dari bertindak kreatif?

 

Knowing How You Think/Mengetahui apa yang kamu fikirkan? (K)

Knowing How You Think merupakan yang terakhir tetapi bukannya yang paling tidak dihiraukan dari model T.H.I.N.K. yang berarti berpikir tentang apa yang kita pikirkan. Berpikir tentang berpikir disebut “metacognition”. Meta berarti “diantara atau pertengahan” dan cognition berarti “Proses mengetahui”. Jika kita berada di antara proses mengetahui, kita akan dapat mengetahui bagaimana kita berpikir.

Yang perlu dipelajari :

  1. Apakah hal ini sulit dilakukan? (untuk semua orang)
  2. Mengapa hal ini sulit untuk dikerjakan?
  3. Satu alasan mengapa hal ini sulit dilakukan adalah karena ada kosakata special dari akhir analisis yang perlu menggambarkan BAGAIMANA berpikir.
  4.  
  5. D.      Metode Berfikir Kritis:

Freely mengidentifikasi 7 metode critical thinking

  1. Debate : metode yang digunakan untuk mencari, membantu, dan merupakan keputusan yang beralasan bagi seseorang atau kelompok dimana dalam proses terjadi perdebatan atau argumentasi
  2. Individual decision : Individu dapat berdebat dengan dirinya sendiri dalam proses mengambil keputusan
  3. Group discussion : sekelompok orang memperbincangkan suatu masalah dan masing-masing mengemukakan pendapatnya.
  4. Persuasi : komunikasi yang berhubungan dengan mempengaruhi perbuatan, keyajinan, sikap, dan nilai-nilai orang lain melalui berbagai alas an, argument, atau bujukan. Debat dan iklan adalah dua bentuk persuasi
  5. Propaganda : komunikasi dengan menggunakan berbagai media yang sengaja dipersiapkan untuk mempengaruhi massa pendengar
  6. Coercion : mengancam atau menggunakan kekuatan dalam berkomunikasi untuk memaksakan suatu kehendak
  7. Kombinasi beberapa metode

 

  1. E.      Elemen Berfikir Kritis

Berbagai elemen yang digunakan dalam penelitian dan komponen, pemecahan masalah, keperawatan serta kriteria yang digunakan dengan komponen keterampilan dan sikap berpikir kritis.

Elemen berpikir kritis antara lain:

  1. Menentukan tujuan
  2. Menyususn pertanyaan atau membuat kerangka masalah
  3. Menujukan bukti
  4. Menganalisis konsep
  5. Asumsi

Perspektif yang digunakan selanjutnya keterlibatan dan kesesuaian

Kriteria elemen terdiri dari kejelasan, ketepatan, ketelitan dan keterkaitan.

 

  1. F.       Aspek-Aspek Berfikir Kritis

Kegiatan berpikir kritis dapat dilakukan dengan melihat penampilan dari beberapa perilaku selama proses berpikir kritis itu berlangsung. Perilaku berpikir kritis seseorang dapat dilihat dari beberapa aspek:

  1. 1.             Relevance 

Relevansi ( keterkaitan ) dari pernyataan yang dikemukan. 

  1. 2.             Importance

Penting tidaknya isu atau pokok-pokok pikiran yang dikemukaan.

  1. 3.             Novelty

Kebaruan dari isi pikiran, baik dalam membawa ide-ide atau informasi baru maupun dalam sikap menerima adanya ide-ide orang lain.

  1. 4.             Outside material

Menggunakan pengalamanya sendiri atau bahan-bahan yang diterimanya dari perkuliahan

  1. 5.             Ambiguity clarified

Mencari penjelasan atau informasi lebih lanjut jika dirasakan ada ketidak jelasan

  1. 6.             Linking ideas

Senantiasa menghubungkan fakta, ide atau pandangan serta mencari data baru dari informasi yang berhasil dikumpulkan.

  1. 7.             Justification

Memberi bukti-bukti, contoh, atau justifikasi terhadap suatu solusi atau kesimpulan yang diambilnya. Termasuk didalamnya senantiasa memberikan penjelasan mengenai keuntungan dan kerungian dari suatu situasi atau solusi.

 

  1. G.      Fungsi Berpikir Kritis dalam Keperawatan

Berikut ini merupakan fungsi atau manfaat berpikir kritis dalam keperawatan adalah sebagai berikut :

  1. Penggunaan proses berpikir kritis dalam aktifitas keperawatan sehari-hari.
  2. Membedakan sejumlah penggunaan dan isu-isu dalam keperawatan.
  3. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah keperawatan.
  4. Menganalisis pengertian hubungan dari masing-masing indikasi, penyebab dan tujuan, serta tingkat hubungan.
  5. Menganalisis argumen dan isu-isu dalam kesimpulan dan tindakan yang dilakukan.
  6. Menguji asumsi-asumsi yang berkembang dalam keperawatan.
  7. Melaporkan data dan petunjuk-petunjuk yang akurat dalam keperawatan.
  8. Membuat dan mengecek dasar analisis dan validasi data keperawatan.
  9. Merumuskan dan menjelaskan keyakinan tentang aktifitas keperawatan.
  10. Memberikan alasan-alasan yang relevan terhadap keyakinan dan kesimpulan yang dilakukan.
  11. Merumuskan dan menjelaskan nilai-nilai keputusan dalam keperawatan.
  12. Mencari alasan-alasan kriteria, prinsip-prinsip dan aktifitas nilai-nilai keputusan.
  13. Mengevaluasi penampilan kinerja perawat dan kesimpulan asuhan keperawatan.
  14. H.      Pemecahan Masalah Dalam Berfikir Kritis

Pemecahan masalah termasuk dalam langkah proses pengambilan keputusan, yang difokuskan untuk mencoba memecahkan masalah secepatnya. Masalah dapat digambarkan sebagai kesenjangan diantara “apa yang ada dan apa yang seharusnya ada”.  Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan yang efektif diprediksi bahwa individu harus memiliki kemampuan berfikir kritis dan mengembangkan dirinya dengan adanya bimbingan dan role model di lingkungan kerjanya.

Langkah-Langkah Pemecahan Masalah

  1. Mengetahui hakekat dari masalah dengan mendefinisikan masalah yang dihadapi.
  2. Mengumpulkan fakta-fakta dan data yang relevan.
  3. Mengolah fakta dan data.
  4. Menentukan beberapa alternatif pemecahan masalah.
  5. Memilih cara pemecahan dari alternatif yang dipilih.
  6. Memutuskan tindakan yang akan diambil.
  7. Evaluasi.

 

Karakter Berpikir Kritis

Berpikir kritis adalah kunci menuju berkembangnya kreativitas. Ini dapat diartikan bahwa awal munculnya kreativitas adalah karena secara kritis kita melihat fenomena-fenomena yang kita lihat dengar dan rasakan maka akan tampak permasalahan yang kemudian akan menuntut kita untuk berpikir kreatif. Karakteristik yang berhubungan dengan berpikir kritis, dijelaskan Beyer (1995: 12-15) secara lengkap dalam buku Critical Thinking, yaitu:

  1. Watak

Seseorang yang mempunyai keterampilan berpikir kritis mempunyai sikap skeptis, sangat terbuka, menghargai sebuah kejujuran, respek terhadap berbagai data dan pendapat, respek terhadap kejelasan dan ketelitian, mencari pandangan-pandangan lain yang berbeda, dan akan berubah sikap ketika terdapat sebuah pendapat yang dianggapnya baik.

  1. Kriteria

Dalam berpikir kritis harus mempunyai sebuah kriteria. Untuk sampai ke arah sana maka harus menemukan sesuatu untuk diputuskan atau dipercayai. Meskipun sebuah argumen dapat disusun dari beberapa sumber pelajaran, namun akan mempunyai kriteria yang berbeda. Apabila kita akan menerapkan standarisasi harus berdasarkan kepada relevansi, keakuratan fakta-fakta, berlandaskan sumber yang kredibel, teliti, bebas dari logika yang keliru, logika yang konsisten, dan pertimbangan yang matang.

  1. Argumen

Argumen merupakan suatu pernyataan atau proposisi yang dilandasi atau berdasarkan data-data. Keterampilan berpikir kritis akan meliputi hal-hal sepertikegiatan pengenalan, dan penilaian, serta menyusun argumen.

  1. Pertimbangan atau pemikiran

Yaitu kemampuan untuk merangkum kesimpulan dari satu atau beberapa premis. Prosesnya akan meliputi kegiatan menguji hubungan antara beberapa pernyataan atau data.

  1. Sudut pandang

Sudut pandang adalah cara memandang atau menafsirkan dunia ini, yang akan menentukan konstruksi makna. Seseorang yang berpikir dengan kritis akan memandang sebuah fenomena dari berbagai sudut pandang yang berbeda.

  1. Prosedur penerapan criteria

Prosedur penerapan berpikir kritis sangat kompleks dan prosedural. Prosedur tersebut akan meliputi merumuskan permasalahan, menentukan keputusan yang akan diambil.

  1. Langkah-langkah dalam berpikir kritis

Mengenali masalah (defining and clarifying problem) meliputi mengidentifikasi isu-isu atau permasalahan pokok, membandingkan kesamaan dan perbedaan-perbedaan, memilih informasi yang relevan, merumuskan masalah.

Menilai informasi yang relevan yang meliputi menyeleksi fakta maupun opini, mengecek konsistensi, mengidentifikasi asumsi, mengenali kemungkinan emosi maupun salah penafsiran kalimat, mengenali kemungkina perbedaan orientasi nilai dan ideologi.

Pemecahan masalah atau penarikan kesimpulan yang meliputi mengenali data-data yang diperlukan dan meramalkan konsekuensi yang mungkin terjadi dari keputusan/pemecahan masalah/kesimpulan yang diambil.

 

 

 

 

 

 

Makna Berpikir Kritis

Ketika seorang perawat yang dihadapkan dengan klien yang berbeda budaya, maka perawat professional tetap memberikan asuhan keperawatan yang tinggi, demi terpenuhinya kebutuhan dasar klien tersebut. Perawat professional akan berfikir kritis dalam menangani hal tersebut. Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan pada abad ke-21, termasuk tuntutan terhadap asuhan keperawatan yang berkualitas akan semakin besar. Dengan adanya globalisasi, dimana perpindahan penduduk antar Negara (imigrasi) dimungkinkan, menyebabkan adaya pergeseran terhadap tuntutan asuhan keperawatan.

Leininger beranggapan bahwa sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat, akan mengakibatkan terjadinya cultural shock. Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini dapat menyebabkan munculnya rasa ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan beberapa mengalami disorientasi.

Salah satu contoh yang sering ditemukan adalah ketika klien sedang mengalami nyeri. Pada beberapa daerah atau Negara diperbolehkan seseorang untuk mengungkapkan rasa nyerinya dengan berteriak atau menangis. Tetapi karena perawat memiliki kebiasaan bila merasa nyeri hanya dengan meringis pelan, bila berteriak atau menangis akan dianggap tidak sopan, maka ketika ia mendapati klien tersebut menangis atau berteriak, maka perawat akan memintanya untuk bersuara pelan-pelan, atau memintanya berdoa atau malah memarahi pasien karena dianggap telah mengganggu pasien lainnya. Kebutaan budaya yang dialami oleh perawat ini akan berakibat pada penurunan kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan.

Transcultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002). Untuk memahami perbedaan budaya yang ada maka perawat perlu berpikir secara kritis. Dalam berpikir kritis seorang perawat harus bisa menyeleksi kebudayaan mana yang sesuai dengan kesehatan atau yang tidak menyimpang dari kesehatan. Jika perawat dapat memahami perbedaan budaya maka akan bisa meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dari perawat.

Budaya shock adalah kecemasan dan perasaan (dari kejutan, disorientasi, ketidakpastian, kebingungan, dll) merasa ketika orang harus beroperasi dalam budaya yang berbeda dan tidak dikenal seperti satu mungkin terjadi di negara asing. Ini tumbuh dari kesulitan dalam asimilasi budaya baru, menyebabkan kesulitan dalam mengetahui apa yang sesuai dan apa yang tidak. Hal ini sering digabungkan dengan atau bahkan tidak suka untuk jijik (moral atau estetika) dengan aspek-aspek tertentu dari kebudayaan baru atau berbeda.

Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya. Berpikir kritis telah lama menjadi tujuan pokok dalam pendidikan sejak 1942. Menurut Halpen (1996), berpikir kritis adalah memberdayakan keterampilan atau strategi kognitif dalam menentukan tujuan. Proses tersebut dilalui setelah menentukan tujuan, mempertimbangkan, dan mengacu langsung kepada sasaran-merupakan bentuk berpikir yang perlu dikembangkan dalam rangka memecahkan masalah, merumuskan kesimpulan, mengumpulkan berbagai kemungkinan, dan membuat keputusan ketika menggunakan semua keterampilan tersebut secara efektif dalam konteks dan tipe yang tepat.

Berpikir kritis juga merupakan kegiatan mengevaluasi-mempertimbangkan kesimpulan yang akan diambil manakala menentukan beberapa faktor pendukung untuk membuat keputusan. Berpikir kritis juga biasa disebut directed thinking, sebab berpikir langsung kepada fokus yang akan dituju. Pendapat senada dikemukakan Anggelo (1995: 6), berpikir kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang tinggi, yang meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenal permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi.

Penekanan kepada proses dan tahapan berpikir dilontarkan pula oleh Scriven, berpikir kritis yaitu proses intelektual yang aktif dan penuh dengan keterampilan dalam membuat pengertian atau konsep, mengaplikasikan, menganalisis, membuat sistesis, dan mengevaluasi. Semua kegiatan tersebut berdasarkan hasil observasi, pengalaman, pemikiran, pertimbangan, dan komunikasi, yang akan membimbing dalam menentukan sikap dan tindakan (Walker, 2001: 1). Pernyataan tersebut ditegaskan kembali oleh Angelo (1995: 6), bahwa berpikir kritis harus memenuhi karakteristik kegiatan berpikir yang meliputi : analisis, sintesis, pengenalan masalah dan pemecahannya, kesimpulan, dan penilaian.

Matindas Juga mengungkapkan bahwa banyak orang yang tidak terlalu membedakan antara berpikir kritis dan berpikir logis padahal ada perbedaan besar antara keduanya yakni bahwa berpikir kritis dilakukan untuk membuat keputusan sedangkan berpikir logis hanya dibutuhkan untuk membuat kesimpulan. Pemikiran kritis menyangkut pula pemikiran logis yang diteruskan dengan pengambilan keputusan. Dari pendapat-pendapat di atas dapat dikatakan bahwa berpikir kritis itu melipuri dua langkah besar yakni melakukan proses berpikir nalar (reasoning) yang diikuti dengan pengambilan keputusan/ pemecahan masalah (deciding/problem solving). Dengan demikian dapat pula diartikan bahwa tanpa kemampuan yang memadai dalam hal berpikir nalar (deduktif, induktif dan reflektif), seseorang tidak dapat melakukan proses berpikir kritis secara benar.

Ada empat hal pokok dalam penerapan berfikir kritis dalam keperawatan, yaitu :

  1. Penggunaan bahasa dalam keperawatan

Perawat menggunakan bahasa secara verbal maupun nonverbal dalam mengekspresikan idea, pikiran, informasi, fakta, perasan, keyakinan, dan sikapnya terhadap klien, sesama perawat, profesi lain ataupun secara nonverbal pada saat melakukan pendokumentasian keperawatan. Dalam hal ini berfikir kritis adalah kemampuan menggunakan bahasa secara reflektif

Lima macam penggunaan bahasa dalam konteks berfikir kritis :

1)       Memberikan informasi yang dapat diklarifikasi (informative use of language)

2)       Mengekspresikan perasaan dan sikap (expressive use of language)

3)       Melaksanakan perencanan keperawatan atau ide-ide dalam tindakan keperawatan (directive use of language)

4)       Mengajukan pertanyaan dalam rangka mencari informasi, mengekspresikan keraguan dan keheranan (interrogative use of language)

5)       Mengekspresikan pengandaian (conditional use of language)

 

 

 

  1. Argumentasi dalam keperawatan

Badman (1988) mengemukakan beberapa pengertian argumentasi terkait dengan konsep berfikir dalam keperawatan adalah sebagai berikut :

1)     Berhubungan dengan situasi perdebatan atau pertengkaran (dalam bahasa sehari-hari)

2)     Debat tentang suatu isu

3)     Upaya untuk mempengaruhi individu atau kelompok untuk berbuat suatu dalam rangka merubah perilaku sehat

4)     Berhubungan dengan bentuk penjelasan yang rasional dimana memerlukan serangkaian alas an perlunya suatu keyakinan dan pengambilan keputusan atau tindakan.

 

  1. Pengambilan keputusan

Dalam praktek keperawatan sehari-hari, perawat selalu dihadapkan pada situasi dimana harus mengambil keputusan dengan tepat. Hal ini dapat terjadi dalam interaksi teman sejawat profesi lain dan terutama dalam penyelesaian masalah manajemen di ruangan.

 

  1. Penerapan dalam proses keperawatan

 

  1. Pada tahap pengkajian

Perawat dituntut untuk dapat mengumpulkan data dan memvalidasinya dengan hasil observasi. Perawat harus melaksanakan observasi yang dapat dipercaya dan membedakannya dari data yang tidak sesuai. Hal ini merupakan keterampilan dasar berfikir kritis. Lebih jauh perawat diharapakan dapat mengelola dan mengkategorikan data yang sesuai dan diperlukan. Untuk memiliki keterampilan ini, perawat harus memiliki kemampuan dalam mensintesa dan menggunakan ilmu-ilmu seperti biomedik, ilmu dasar keperawatan, ilmu perilaku, dan ilmu sosial

 

  1. Perumusan diagnosa keperawatan

Tahap ini adalah tahap pengambilan keputusan yang paling kritikal. Dimana perawat dapat menentukan masalah yang benar-benar dirasakan klien, berikut argumentasinya secara rasional. Semakin perawat terlatih untuk berfikir kritis, maka ia akan semakin tajam dalam menentukan masalah atau diagnose keperawatan klien, baik diagnose keperawatan yang sifatnya possible, resiko, ataupun actual. Berfikir kritis memerlukan konseptualisasi dan ketrampilan ini sangat penting dalam perumusan diagnose, karena taksonomi diagnose keperawatan pada dasarnya adalah suatu konsep (NANDA, 1998).

 

  1. Perencanaan keperawatan

Pada saat merumuskan rencana keperawatan, perawat menggunakan pengetahuan dan alas an untuk mengembangkan hasil yang diharapkan untuk mengevaluasi asuhan keperawatan yang diberikan. Hal ini merupakan keterampilan lain dalam berfikir kritis, pemecahan masalah atau pengambilan keputusan. Untuk hal ini dibutuhkan kemampuan perawat dalam mensintesa ilmu-ilmu yang dimiliki baik psikologi, fisiologi, dan sosiologi, untuk dapat memilih tindakan keperawatan yang tepat berikut alasannya. Kemudian diperlukan pula keterampilan dalam membuat hipotesa bahwa tindakan keperawatan yang dipilih akan memecahkan masalah klien dan dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan

 

  1. Pelaksanaan keperawatan

Pada tahap ini  perawat menerapkan ilmu yang dimiliki terhadap situasi nyata yang dialami klien. Dalam metode berfikir ilmiah, pelaksanaan tindakan keperawatan adalah keterampilan dalam menguji hipotesa. Oleh karena itu pelaksanaan tindakan keperawatan merupakan suatu tindakan nyata yang dapat menentukan apakah perawat dapat berhasil mencapai tujuan atau tidak.

 

  1. Evaluasi keperawatan

Pada tahap ini perawat mengkaji sejauh mana efektifitas tindakan yang telah dilakukan sehingga dapat mencapai tujuan, yaitu terpenuhinya kebutuhan dasar kien. Pada proses evaluasi, standar dan prosedur berfikir kritis sangat memegang peranan penting karena pada fase ini perawat harus dapat mengambil keputusan apakah semua kebutuhan dasar klien terpenuhi, apakah diperlukan tindakan modifikasi untuk memecahkan masalah klien, atau bahkan harus mengulang penilaian terhadap tahap perumusan diagnose keperawatan yang telah ditetapkan sebelumnya

Dalam penerapan pembelajaran berpikir kritis di pendidikan keperawatan, dapat digunakan tiga model, yaitu : feeling, model, vision model, dan examine model yaitu sebagai berikut :

  1. Feeling Model

Model ini menekankan pada rasa, kesan, dan data atau fakta yang ditemukan. Pemikir kritis mencoba mengedepankan perasaan dalam melakukan pengamatan, kepekaan dalam melakukan aktifitas keperawatan, dan perhatian. Misalnya terhadap aktifitas dalam pemeriksaan tanda vital, perawat merasakan gejala, petunjuk, dan perhatian kepada pernyataan serta pikiran klien.

  1. Vision Model

Model ini digunakan untuk membangkitkan pola pikir, mengorganisasi dan menerjemahkan perasaan untuk merumuskan hipotesis, analisis, dugaan, dan ide tentang permasalahan perawatan kesehatan klien. Berpikir kritis ini digunakan untuk mencari prinsip-prinsip pengertian dan peran sebagai pedoman yang tepat untuk merespon ekspresi.

  1. Examine Model

Model ini digunakan untuk merefleksi ide, pengertian, dan visi. Perawat menguji ide dengan bantuan kriteria yang relevan. Model ini digunakan untuk mencari peran yang tepat untuk analisis, mencari, menguji, melihat, konfirmasi, kolaborasi, menjelaskan, dan menentukan sesuatu yang berkaitan dengan ide.

Ada empat bentuk alasan berpikir kritis yaitu : deduktif, induktif, aktivitas informal, aktivitas tiap hari, dan praktek. Untuk menjelaskan lebih mendalam tentang defenisi tersebut, alasan berpikir kritis adalah untuk menganalisis penggunaan bahasa, perumusan masalah, penjelasan dan ketegasan asumsi, kuatnya bukti-bukti, menilai kesimpulan, membedakan antara baik dan buruknya argumen serta mencari kebenaran fakta dan nilai dari hasil yang diyakini benar serta tindakan yang dilakukan.

 

  1. A.     Kesimpulan

Berpikir kritis adalah suatu proses berpikir sistematik yang penting bagi berpikir kritis adalah berpikir dengan tujuan dan mengarah ke sasaran yang membantu individu membuat penilaian berdasarkan kata bukan pikiran.

Berpikir kritis dalam keperawatan adalah komersial untuk keperawatan profesional karena cara berpikir ini terdiri atas pendekatan holistik untuk pemecahan masalah.

  1. B.      Saran

Untuk memahami secara keseluruhan berpikir kritis dalam keperawatan kita harus mengembangkan pikiran secara rasional dan cermat, agar dalam berpikir kita dapat mengidentifikasi dan merumuskan masalah keperawatan. Serta menganalisis pengertian hubungan dari masing-masing indikasi, penyebab, tujuan, dan tingkat hubungan dalam keperawatan. Sehingga saat berpikir kritis dalam keperawatan pasien akan merasa lebih nyaman dan tidak merasa terganggu dengan tindakan perawat.

 

DAFTAR PUSTAKA

Aldova, E, Hauser, O. And Postupa, R.1953.

 

Prinsip-Prinsip Pendekatan Holistik dalam Keperawatan

BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Teori sistem sangat penting dalam dunia keperawatan, karena dalam teori sistem ini kita dapat mempelajari suatu kerangka kerja yang berhubungan dengan keseluruhan aspek sosial manusia, struktur masalah-masalah organisasi, serta perubahan hubungan internal dan lingkungan di sekitarnya.

Keberhasilan sistem pelayanan kesehatan yang terjalin pada  perawat, dokter atau tim kesehatan lain akan berhasil secara sempurna apabila ada sikap saling menunjang dalam melakukan praktek keperawatan. Sistem ini akan memberikan kualitas pelayanan kesehatan yang efektif dengan melihat nilai-nilai yang ada di masyarakat. Dalam pelayanan kesehatan, keperawatan merupakan bagian penting dalam pelayanan kesehatan.

Para perawat diharapkan juga dapat memberikan pelayanan secara berkualitas sehingga masyarakat akan merasa di dukung dan di perhatikan dalam meningkatkan kesehatan, sehingga tidak ada perbedaan pendapat yang akan terjalin antara perawat dan pasien. Di samping itu dalam menerapkan prinsip-prinsip perubahan perawat harus menerapkannya secara bersama-sama tidak membeda-bedakan, harus menyeluruh (Holistik).

Secara holistik  dalam keperawatan diperlukan adanya suatu perubahan dengan merubah cara pikir masyarakat tentang jenis-jenis pelayanan kesehatan yang muncul di dalamnya. Karena perubahan itu merupakan suatu proses dimana terjadinya peralihan atau perpindahan dari status tetap (statis) menjadi status yang bersifat dinamis. Artinya dapat menyesuaikan diri dari lingkungan yang ada atau beranjak untuk mencapai kesehatan yang optimal.

Suatu perubahan dan  sistem pelayanan kesehatan  yang ada dalam masyarakat sangat penting dan sangat berpengaruh dalam kehidupan mereka, apalagi bila seorang perawat berhasil menerapkan praktek kesehatan yang baik dalam masyarakat. Karena itu akan memudahkan seorang perawat dalam menyelesaikan tugas sebagai seorang perawat, dan nantinya dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit, seorang perawat akan merasa bangga karena bisa melakukan praktek kesehatan apapun jenisnya dan akan merasa bahwa inilah seorang perawat yang profesional karena dapat memberikan pelayanan yang terbaik dari yang lainnya.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.  Pendekatan Holistik

Holistik merupakan salah satu konsep yang mendasari tindakan keperawatan yang meliputi dimensi fisiologis, psikologis, sosiokultural, dan spiritual. Dimensi tersebut merupakan suatu kesatuan yang utuh. Apabila satu dimensi terganggu akan mempengaruhi dimensi lainnya. Holistik terkait dengan kesejahteraan (Wellnes). Untuk mencapai kesejahteraan terdapat lima dimensi yang saling mempengaruhi yaitu: fisik, emosional, intelektual, sosial dan spiritual. Untuk mencapai kesejahteraan tersebut, salah satu aspek yang harus dimiliki individu adalah kemampuan beradaptasi terhadap stimulus. Teori adaptasi Sister Callista Roy dapat digunakan.

Teori ini menggunakan pendekatan yang dinamis, di mana peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dengan memfasilitasi kemampuan klien untuk melakukan adaptasi dalam menghadapi perubahan kebutuhan dasarnya. Tindakan direncanakan dengan tujuan mengubah stimulus dan difokuskan pada kemampuan individu dalam beradaptasi terhadap stimulus. Sedangkan evaluasi yang dilakukan dengan melihat kemampuan klien dalam beradaptasi dan mencegah timbulnya kembali masalah yang pernah dialami. Kemampuan adaptasi ini meliputi seluruh aspek baik biologis, psikologis maupun sosial (holistik). Sebagai pemberi asuhan keperawatan, konsep holistik dan adaptasi ini merupakan konsep yang harus di pahami oleh perawat agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas kepada klien.

B. Teori Sistem

Sistem berasal dari bahasa Latin (systema) dan bahasa Yunani (sustema) adalah suatu kesatuan yang terdiri  dari komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energi. Sistem merupakan suatu kerangka kerja yang berhubungan dengan keseluruhan aspek sosial manusia, struktur, masalah-masalah organisasi, serta perubahan hubungan internal dan lingkungan disekitarnya. Sistem tersebut terdiri atas tujuan, proses dan isi. Tujuan adalah sesuatu yang harus dilaksanakan sehingga tujuan dapat memberikan arah pada sistem. Proses berfungsi dalam memenuhi tujuan yang hendak dicapai, dan Isi terdiri atas bagian yang membentuk suatu sistem.

Dalam mempelajari sistem, maka terlebih dahulu harus memahami teori tentang sistem. Karena teori tentang sistem akan memudahkan dalam memecahkan persoalan yang ada dalam sistem. Sistem tersebut terdiri dari subsistem yang membentuk sebuah sistem yang antara satu dengan yang lainnya harus saling mempengaruhi.

Dalam teori sistem disebutkan bahwa sistem itu terbentuk dari subsistem yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Bagian tersebut terdiri dari input, proses, output, dampak, umpan balik, dan lingkungan yang kesemuanya saling berhubungan dan saling mempengaruhi.

1.    Input

Input merupakan subsistem yang akan memberikan segala masukan untuk berfungsinya sebuah sistem, seperti pelayanan kesehatan. Maka masukan dapat berupa potensi masyarakat, tenaga kesehatan, sarana kesehatan dan lain-lain.

2.    Proses

Proses merupakan suatu kegiatan yang berfungsi untuk mengubah suatu masukan untuk menjadikan sebuah hasil yang diharapkan dari sistem tersebut, sebagaimana contoh dalam sistem pelayanan kesehatan, maka yang dimaksud proses adalah berbagai kegiatan dalam pelayanan kesehatan.

3.    Output

Output adalah hasil yang diperoleh dari sebuah proses, dalam sistem pelayanan kesehatan hasilnya dapat berupa pelayanan kesehatan yang berkualitas, efektif dan efisien serta dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat sehingga pasien sembuh dan sehat optimal.

4.    Dampak

Dampak merupakan akibat yang dihasilkan dari sistem, yang terjadi relatif lama waktunya. Setelah hasil dicapai, sebagaimana dalam sistem pelayanan kesehatan, maka dampaknya akan menjadikan masyarakat sehat dan mengurangi angka kesakitan dan kematian karena pelayanan terjangkau oleh masyarakat.

5.    Umpan Balik

Umpan balik merupakan suatu hasil yang sekaligus menjadikan masukan dan ini terjadi dari sebuah sistem yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Umpan balik dalam sistem pelayanan dapat berupa kualitas tenaga kesehatan yang juga dapat menjadikan input yang selalu meningkat.

6.    Lingkungan

Lingkungan disini adalah semua keadaan diluar sistem, tetapi dapat mempengaruhi pelayanan kesehatan sebagaimana dalam sistem pelayanan kesehatan, lingkungan yang dimaksud dapat berupa lingkungan geografis, atau situasi kondisi sosial yang ada dimasyarakat seperti institusi diluar pelayanan kesehatan.

a.    Tingkat Pelayanan Kesehatan

Tingkat pelayanan kesehatan merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan yang diberikan pada masyarakat. Melalui tingkat pelayanan kesehatan akan dapat diketahui kebutuhan dasar manusia tentang kesehatan. Menurut Leavel dan Clark dalam memberikan pelayanan kesehatan harus memandang pada tingkat pelayanan kesehatan yang akan diberikan, diantara tingkat pelayanan kesehatan dalam sistem pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut:

1).  Health Promotion (Promosi Kesehatan)

Tingkat pelayanan kesehatan ini merupakan tingkat pertama dalam memberikan pelayanan melalui peningkatan kesehatan. Pelaksanaan ini bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan agar masyarakat atau sasarannya tidak terjadi gangguan kesehatan.

2).  Specific Protection (Perlindungan Khusus)

Perlindungan khusus ini dilakukan dalam melindungi masyarakat dari bahaya yang akan menyebabkan penurunan status kesehatan, atau bentuk perlindungan terhadap penyakit-penyakit tertentu, ancaman kesehatan, yang masuk dalam tingkat perlindungan pada penyakit tertentu seperti imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerin) untuk mencegah TB (Tuberculosis), DPT (Difteri Pertusis Tetanus), Hepatitis, campak, dan lain-lain.

3).  Early Diagnosis and Prompt Treatment (Diagnosis Dini dan Pengobatan Segera)

Tingkat pelayanan kesehatan ini sudah masuk kedalam tingkat dimulainya atau timbulnya gejala dari suatu penyakit.

4).  Disability Limitation (Pembatasan Cacat)

Pembatasan kecacatan ini dilakukan untuk mencegah agar pasien atau masyarakat tidak mengalami dampak kecacatan akibat penyakit yang ditimbulkan.

5).  Rehabilitation (Rehabilitasi)

Tingkat pelayanan ini dilaksanakan setelah pasien didiagnosis sembuh.

b.    Lingkup Sistem Pelayanan Kesehatan

Dalam sistem pelayanan kesehatan dapat mencakup pelayanan dokter, pelayanan keperawatan dan pelayanan kesehatan masyarakat. Dokter merupakan subsistem dari pelayanan kesehatan. Subsistem pelayanan kesehatan tersebut memiliki tujuan masing-masing dengan tidak meninggalkan tujuan umum dari pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang ada sekarang ini dapat diselenggarakan oleh pihak pemerintah maupun swasta.

Dalam pelayanan kesehatan terdapat tiga bentuk yaitu primary health care, (pelayanan kesehatan tingkat pertama), secondary health care (pelayanan kesehatan tingkat kedua), dan tertiary health services (pelayanan kesehatan tingkat ketiga). Ketiga bentuk pelayanan kesehatan terbagi dalam pelayanan dasar yang dilakukan di puskesmas dan pelayanan rujukan yang dilakukan di rumah sakit.

1).  Primary Health Care ( Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama )

Pelayanan kesehatan ini dibutuhkan atau dilaksanakan pada masyarakat yang memilki masalah kesehatan yang ringan atau masyarakat sehat, tetapi ingin mendapatkan peningkatan kesehatan agar menjadi optimal dan sejahtera sehingga sifat pelayanan kesehatan adalah kesehatan dasar.

2). Secundary Health Care (Pelayanan Kesehatan Tingkat Kedua)

Bentuk pelayanan kesehatan ini diperlukan baik masyarakat atau klien yang membutuhkan perawatan di rumah sakit atau rawat inap dan tidak dilaksanakan di pelayanan kesehatan utama.

3). Tertiary Health Services (Pelayanan Kesehatan Tingkat Ketiga)

Pelayanan kesehatan ini merupakan tingkat pelayanan yang tertinggi dimana tingkat pelayanan ini apabila tidak lagi dibutuhkan pelayanan pada tingkat pertama dan kedua.

C. Konsep Berubah

1.       Pengertian dan Jenis Perubahan

Berubah adalah bagian dari kehidupan setiap orang; berubah adalah cara seseorang bertumbuh, berkembang, dan beradaptasi. Perubahan dapat positif atau negatif  terencana atau tidak terencana. Perubahan adalah proses membuat sesuatu yang berbeda dari sebelumnya ( Sullivan dan Decker,2001). Jadi Perubahan adalah suatu proses dimana terjadinya peralihan atau perpindahan dari status tetap (statis) menjadi status yang bersifat dinamis. Artinya dapat menyesuaikan diri dari lingkungan yang ada. Perubahan dapat mencakup keseimbangan personal, sosial maupun organisasi untuk dapat menjadikan perbaikan atau penyempurnaan serta dapat menerapkan ide atau konsep terbaru dalam mencapai tujuan tertentu.

Proses berubah bersifat integral dengan banyak bidang keperawatan, seperti pendidikan kesehatan, perawatan klien, dan promosi kesehatan. Proses berubah ini melibatkan klien individu, keluarga, komunitas, organisasi, keperawatan sebagai profesi, dan seluruh sistem pemberian perawatan kesehatan.

Perubahan dapat meliputi mendapatkan pengetahuan, mendapatkan keterampilan baru, atau mengadaptasi pengetahuan saat ini dari segi informasi baru. Perubahan ini terutama sulit saat muncul tantangan terhadap nilai dan keyakinan seseorang, cara berpikir, atau cara berhubungan. Misalnya, orang yang kecewa menjadi marah dan berbuat negatif serta melakukan perilaku destruktif (Tomey,2000).

Perubahan akan mengganggu bagi mereka yang mengalaminya, dan seringkali berkembang resistensi. Perubahan paling mengancam apabila ada perasaan tidak aman. Penyebab resistensi terhadap perubahan adalah ancaman terhadap kepentingan diri, keadaan memalukan, perasaan tidak aman, kebiasaan, kepuasan dengan diri sendiri, kehilangan kekuasaan, dan ketidak setujuan objektif.

Perubahan tidak selalu merupakan hasil pengambilan keputusan rasional. Perubahan biasanya terjadi sebagai respons terhadap tiga aktifitas yang berbeda yaitu :

a.    Perubahan Spontan

Perubahan spontan juga disebut perubahan yang reaktif atau tidak direncanakan, karena perubahan ini tidak benar-benar di antisipasi, tidak dapat dihindari dan terdapat sedikit atau tidak ada waktu untuk merencanakan strategi respons. Contoh perubahan spontan yang memengaruhi individu adalah infeksi virus akut, cedera medula spinalis, dan tawaran sukarela posisi baru.

b.    Perubahan Perkembangan

Perubahan perkembangan mengacu pada perubahan fisiopsikologis yang terjadi selama siklus kehidupan individu atau perkembangan organisasi menjadi lebih kompleks.

Contoh perubahan perkembangan individu adalah bertambahnya ukuran dan kompleksitas embrio manusia dan janin dan berkurangnya kemampuan fisik pada lansia.

c.    Perubahan Terencana

Menurut Lippitt (1973), perubahan terencana adalah upaya yang disengaja dan bertujuan oleh individu, kelompok, organisasi, atau sistem sosial yang lebih besar untuk memengaruhi status quo (menetap) itu sendiri, organisme lain, atau suatu situasi. Keterampilan memecahkan masalah, keterampilan mengambil keputusan, dan keterampilan interpersonal adalah faktor-faktor penting dalam perubahan terencana.

Contoh perubahan terencana adalah individu yang memutuskan untuk memperbaiki status kesehatannya dengan menghadiri program berhenti merokok atau melakukan program olahraga.

2.       Teori Proses Berubah

Perkembangan profesi keperawatan tidak lepas dari konsep berubah yang dimiliki oleh para praktisi, akedemisi atau seorang yang masih ingin mengembangkan keperawatan, yang memiliki keyakinan dan teori perubahan yang dimilikinya. Sebagai gambaran dalam merubah profesi keperawatan kearah yang lebih professional, ada beberapa teori perubahan yang dapat diketahui seperti :

a. Kurt Lewin (1951)

Perubahan Menurut pandangan Kurt Lewin 1951, seseorang yang akan mengadakan suatu harus memiliki konsep tentang perubahan yang tercantum dalam tahap proses perubahan agar proses perubahan tersebut menjadi terarah dan mencapai tujuan yang ada. Tahap tersebut antara lain:

1).  Tahap Pencairan (Unfreezing)

Pada tahap awal ini yang dapat dilakukan bagi seseorang yang mau mengadakan proses perubahan adalah harus memiliki motivasi yang kuat untuk merubah dari keadaan semula dengan merubah terhadap keseimbangan yang ada. Di samping itu  juga perlu menyiapkan diri dan siap untuk merubah atau melakukan perubahan.

2).  Tahap Bergerak (Moving)

Pada tahap ini sudah dimulai adanya suatu pergerakan kearah sesuatu yang baru atau perkembangan terbaru. Proses perubahan tahap ini dapat terjadi apabila seseorang telah memiliki informasi yang cukup serta sikap dan kemampuan untuk berubah, Juga memiliki kemampuan dalam memahami masalah serta mengetahui langkah-lanhkah dalam menyesuaikan masalah.

3).  Tahap Pembekuan (Refreezing)

Tahap ini merupakan tahap pembekuan dimana seseorang yang mengadakan perubahan kelak mencapai tingkat atau tahapan yang baru dengan keseimbangan yang baru. Proses pencapaian yang baru perlu dipertahankan dan selalu terdapat upaya mendapatkan umpan balik, pembinaan tersebut dalam upaya mempertahankan perubahan yang telah dicapai.

Berdasarkan langkah-langkah menurut Kurt Lewin dalam proses perubahan ditemukan banyak hambatan. Hambatan tersebut yang akan mempertahankan status quo (menetap) agar tidak terjadi perubahan. Karena itu diperlukan kemampuan yang benar-benar ada dalam konsep perubahan sesuai dengan tahapan berubah.

b.    Rogers E (1962)

Menurut Rogers E untuk menandakan suatu perubahan perlu ada beberapa langkah yang ditempuh sehingga harapan atau tujuan akhir dari perubahan dapat tercapai. Langkah-langkah tersebut antara lain :

1). Tahap Awareness

Tahap ini merupakan tahap awal yang mempunyai arti bahwa dalam mengadakan perubahan diperlukan adanya kesadaran untuk berubah apabila tidak ada kesadaran untuk berubah, maka tidak mungkin tercipta suatu perubahan.

2). Tahap Interest

Tahap yang kedua dalam mengadakan perubahan harus timbul perasaan minat terhadap perubahan yang selalu memperhatikan terhadap sesuatu yang baru dari perubahan yang dikenalkan. Timbulnya minat akan mendorong dan menguatkan kesadaran untuk berubah.

3). Tahap Evaluasi

Tahap ini terjadi penilaian tarhadap sesuatu yang baru agar tidak terjadi hambatan yang akan ditemukan selama mengadakan perubahan. Evaluasi ini dapat memudahkan tujuan dan langkah dalam melakukan perubahan.

4). Tahap Trial

Tahap ini merupakan tahap uji coba terhadap sesuatu yang baru atau hasil perubahan dengan harapan sesuatu yang baru dapat diketahui hasilnya sesaui dengan kondisi atau situasi yang ada, dan memudahkan untuk diterima oleh lingkungan.

5). Tahap Adoption

Tahap ini merupakan tahap terakhir dari perubahan yaitu proses penerimaan terhadap sesuatu yang baru setelah dilakukan uji coba dan merasakan adanya manfaat dari sesuatu yang baru sehingga selalu mempertahankan hasil perubahan.

c.  Lippit (1973)

Lippit memandang teori perubahan dapat dilaksanak dari tinjauan sebagai seorang pembaharu, dengan memperkenalkan terjadinya perubahan, sehingga terdapat beberapa langkah yang ditempuh untuk dapat mengadakan pembaharuan. Langkah yang dimaksud adalah :

1).Menetukan diagnosis terlebih dahulu masalah yang ada

2).Mengadakan pengkajian terhadap motivasi perubahan serta kemampuan perubahan.

3).Melakukan pengkajian perubahan terhadap hasil atau manfaat dari suatu perubahan.

4).Menetapkan tujuan perubahan yang dilaksanakan berdasarkan langkah yang ditempuhnya.

5).Menetapkan peran dari pembaharuan sebagai pendidik, peneliti atau pemimpin dalam pembaharuan.

6).Mempertahankan dari hasil perubahan yang dicapainya.

7).Melakukan penghentian bantuan secara bertahap dengan harapan peran dan tanggung jawab dapat tercapai secara bertahap.

d.   Teori Havelock

Teori ini merupakan modifikasi dari teori Lewin dengan menekankan perencanaan yang akan mempengaruhi perubahan. Enam tahap sebagai perubahan menurut Havelock.

1).Membangun suatu hubungan,

2).Mendiagnosis masalah,

3).Mendapatkan sumber-sumber yang berhubungan,

4).Memilih jalan keluar,

5). Meningkatkan penerimaan,

6). Stabilisasi dan perbaikan diri sendiri.

e.   Teori Spradley

Spradley menegaskan bahwa perubahan terencana harus secara konstan dipantau untuk mengembangkan hubungan yang bermanfaat antara agen berubah dan sistem berubah. Berikut adalah langkah dasar dari model Spradley:

1). Mengenali gejala

2). Mendiagnosis masalah

3). Menganalisa jalan keluar

4). Memilih perubahan

5). Merencanakan perubahan

6). Melaksanakan perubahan

7). Mengevaluasi perubahan

8). Menstabilkan perubahan

3.  Prinsip dan Strategi Berubah

Dalam perubahan dibutuhkan cara yang tepat agar tujuan dalam perubahan dapat tercapai secara tepat, efektif dan efisien.

a. Strategi Rasional Empirik

Strategi ini didasarkan karena manusia sebagai komponen dalam perubahan memiliki sifat rasional untuk kepentingan diri dalam berperilaku. Untuk mengadakan suatu perubahan  strategi rasional dan empirik yang didasarkan dari hasil penemuan atau riset untuk diaplikasikan dalam perubahan manusia yang memiliki sifat rasional akan menggunakan rasionalnya dalam menerima sebuah perubahan.

Langkah dalam perubahan atau kegiatan yang diinginkan dalam strategi rasional empirik  ini dapat melalui penelitian atau adanya desiminasi melalui pendidikan secara umum sehingga melalui desiminasi akan diketahui secara rasional bahwa perubahan yang akan dilakukan benar-benar sesuai dengan rasional.

Strategi ini juga dilakukan pada penempatan sasaran yang sesuai dengan kemampuan dan keahlian yang dimiliki sehingga semua perubahan akan menjadi efektif dan efisien, selain itu juga menggunakan sistem analisis dalam pemecahan masalah yang ada.

b. Strategi Reedukatif Normatif

Strategi ini dilaksanakan berdasarkan standar norma yang ada di masyarakat. Perubahan yang akan dilaksanakan melihat nilai-nilai normatif yang ada di masyarakat sehingga tidak akan menimbulkan  permasalahan baru di masyarakat.

Standar norma yang ada di masyarakat ini di dukung dengan sikap dan sistem nilai individu yang ada di masyarakat. Pendekatan ini dilaksanakan dengan mengadakan intervensi secara langsung dalam penerapan teori-teori yang ada. Strategi ini dilaksanakan dengan cara melibatkan individu, kelompok atau masyarakat dan proses penyusunan rancangan untuk perubahan. Pelaku dalam perubahan harus memiliki kemampuan dalam berkolaborasi dengan masyarakat. Kemampuan ilmu perilaku harus dimiliki dalam pembaharu..

c. Strategi Paksaan- Kekuatan

Dikatakan strategi paksaan-kekuatan karena adanya penggunaan kekuatan atau kekuasaan yang dilaksanakan secara paksa dengan menggunakan kekuatan moral dan kekuatan politik. Strategi ini dapat dilaksanakan dalam perubahan sistem kenegaraan, penerapan sistem pendidikan dan lain-lain.

Menurut Tiffany dan Lutjens (1989) telah mengidentifikasi tujuh strategi berubah yang cocok dengan kontinum dari yang paling netral sampai yang paling koersif.

1).Edukasi

Strategi ini memberikan suatu presentasi fakta yang relatif tidak bisa yang dimaksudkan untuk berfungsi sebagai justifikasi rasional atas tindakan yang terencana.

2).Fasilitatif

Strategi ini memberikan sumber penting untuk berubah. Strategi ini mengasumsikan bahwa orang ingin berubah, tetapi membutuhkan sumber-sumber untuk membuat perubahan tersebut.

3).Teknostruktural

Strategi ini mengubah teknologi untuk mengakses struktur sosial dalam kelompok atau mengubah srtuktur sosial untuk mendapatkan teknologi. Strategi ini memengaruhi hubungan antara teknologi, ruang dan struktur. Penggunaan ruang dapat diubah untuk memengaruhi struktur sosial.

4). Data-based

Strategi ini mengumpulkan dan menggunakan data untuk membuat perubahan sosial. Data digunakan untuk menemukan inovasi yang paling baik guna memecahkan masalah yang dihadapi.

5). Komunikasi

Strategi komunikasi menyebarkan informasi sepanjang waktu melalui saluran dalam sistem sosial.

6). Persuasif

Pemakaian penalaran, debat, dan bujukan dilakukan untuk menyebabkan perubahan.

7). Koersif

Terdapat hubungan wajib antara perencana dan pengadopsi. Kekuasaan digunakan untuk menyebabkan perubahan.

4.    Reaksi – Reaksi  Terhadap Perubahan

a.Perubahan Dalam Keperawatan

Dalam perkembangannya keperawatan juga mengalami proses perubahan seiring dengan kemajuan dan teknologi. Alasan terjadinya perubahan dalam keperawatan antara lain:

1).Keperawatan Sebagai Profesi

Keperawatan sebagai profesi yang diakui oleh masyarakat dalam memberikan pelayanan kesehatan melalui asuhan keperawatan tentu akan dituntut untuk selalu berubah kearah kemandirian dalam profesi keperawatan, sehingga sebagai profesi akan mengalami perubahan kearah professional dengan menunjukan agar profesi keperawatan diakui oleh profesi bidang kesehatan yang sejajar dalam pelayanan kesehatan.

2).Keperawatan Sebagai Bentuk Pelayanan Asuhan Keperawatan

Keperawatan sebagai bentuk pelayanan asuhan keperawatan  professional yang diberikan kepada masyarakat akan terus memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat dengan mengadakan perubahan dalam penerapan model asuhan keperawatan yang tepat, sesuai dengan lingkup praktek keperawatan.

3).Keperawatan Sebagai Ilmu Pengetahuan

Keperawatan sebagai ilmu pengetahuan terus selalu berubah dan berkembang sejalan dengan tuntutan zaman dan perubahan teknologi, karena itu dituntut selalu mengadakan perubahan melalui penelitian keperawatan sehingga ilmu keperawatan diakui secara bersama oleh disiplin ilmu lain yang memiliki landasan yang kokoh dalam keilmuan.

4).Keperawatan Sebagai Komunikasi

Keperawatan sebagai komunikasi dalam masyarakat ilmiah harus selalu menunjukkan jiwa professional dalam tugas dan tanggung jawabnya dan selalu mengadakan perubahan sehingga citra sebagai profesi tetap bertahan dan berkembang.

b.    Hambatan Dalam Perubahan

Perubahan tidak selalu mudah untuk dilaksanakan akan tetapi banyak hambatan yang akan diterimanya baik hambatan dari luar maupun dari dalam. Diantara hal yang menjadi hambatan dalam perubahan adalah sebagai berikut:

1).Ancaman Kepentingan Pribadi

Ancaman kepentingan pribadi ini merupakan hambatan dalam perubahan karena adanya kekhawatiran adanya perubahan segala kepentingan dan tujuan diri. Contohnya dalam pelaksanaan standarisasi perawat profesional dimana yang diakui sebagai profesi perawat adalah minimal pendidikan DIII keperawatan, sehingga bagi lulusan SPK yang dahulu dan tidak ingin melanjutkan pendidikan akan terancam bagi kepentingan dirinya sehingga hal tersebut dapat menjadikan hambatan dalam perubahan.

2).Persepsi Yang Kurang Tepat

Persepsi yang kurang tepat atau informasi yang belum jelas ini dapat menjadi kendala dalam proses perubahan. Berbagai informasi yang akan dilakukan dalam sistem perubahan jika tidak dikomunikasikan dengan jelas atau informasinya kurang lengkap, maka tempat yang akan dijadikan perubahan akan sulit menerima sehingga timbul kekwatiran dari perubahan tersebut.

3).Reaksi Psikologis

Reaksi psikologis ini merupakan faktor yang menjadi hambatan dalam perubahan, karena setiap orang memiliki reaksi psikologis yang berbeda dalam merespons perbedaan sistem adaptasi. Pada setiap orang juga dapat menimbulkan reaksi psikologis yang berbeda sehingga bisa menjadi hambatan  dalam perubahan. Contohnya apabila akan dilakukan perubahan dalam sistem praktek keperawatan mandiri bagi perawat. Jika perawat belum bisa menerima secara psikologis, akan timbul kesulitan karena ada perasaan takut sebagai dampak dari perubahan.

4). Toleransi Terhadap Perubahan Rendah

Toleransi terhadap perubahan ini tergantung dari individu, kelompok atau masyarakat. Apabila individu, kelompok atau masyarakat tersebut memiliki toleransi yang tinggi terhadap perubahan, maka akan memudahkan proses perubahan tetapi apabila toleransi seseorang terhadap perubahan sangat rendah, maka perubahan tersebut akan sulit dilaksanakan.

5).Kebiasaan

Pada dasarnya seseorang akan lebih senang pada sesuatu yang sudah diketahui sebelumnya atau bahkan sudah dilaksanakan sebelumnya dibandingkan dengan sesuatu yang baru dikenalnya, karena keyakinan yang dimiliki sangat kuat. Faktor kebiasaan ini yang menjadikan hambatan dalam perubahan.

6). Ketergantungan

Ketergantungan merupakan hambatan dalam proses perubahan karena ketergantungan menyebabkan seseorang tidak dapat hidup secara mandiri dalam mencapai tujuan tertentu. Suatu perubahan akan menjadi masalah bagi seseorang yang selalu menggantungkan diri sehingga perubahan akan sulit dilakukan.

7). Perasaan Tidak Aman

Perasaan tidak aman juga merupakan faktor penghambat dalam perubahan karena adanya ketakutan terhadap dampak dari perubahan yang juga akan menambah ketidak amanan pada diri, kelompok atau masyarakat.

8). Norma

                        Norma merupakan segala aturan yang didukung oleh anggota masyarakat yang tidak boleh dirubah. Apabila akan melakukan proses perubahan namun perubahan tersebut bertentangan dengan norma maka perubahan tersebut akan mengalami hambatan. Sebaliknya jika norma tersebut sesuai dengan prinsip perubahan, maka akan sangat mudah dalam perubahan.

BAB III

PEMBAHASAN

A.  Teori Sistem

Sistem merupakan suatu komponen yang didalamnya memiliki subsistem yang saling berhubungan untuk mencapai suatu tujuan yang jelas. Dalam keperawatan, teori sistem merupakan suatu kesatuan yang harus di pelajari oleh seorang perawat sehingga dapat diterapkan dalam proses pelayanan kesehatan pada masyarakat.

Dalam sistem ada beberapa subsistem yang saling mendukung. Dalam hal ini perawat harus mengetahui apa keluhan atau masalah yang dialami  pasien di dalam kehidupan masyarakat, di sini seorang perawat harus tahu bagaimana mempelajari masalah yang timbul dalam kehidupan masyarakat karena persepsi setiap orang dalam menanggapi suatu masalah yang terjadi berbeda.

Proses  tindakan yang akan di lakukan perawat untuk mengubah masukan yang telah muncul dalam kehidupan masyarakat, perawat harus mengubah cara pikir dari masyarakat terhadap berbagai masukan yang muncul. Setelah memberikan pelayanan kesehatan perawat melihat dan memahami bagaimana cara dari anggota masyarakat dalam menerima pelayanan kesehatan serta dampak atau apa akibat yang timbul dalam masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang di berikan.

Pasien akan memberikan Umpan balik terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan perawat, dan pasien akan bertanya atau memberikan kritik tentang suatu masalah yang di hadapi. Disamping itu juga, Perawat  harus mengetahui bagaimana lingkungan kediaman dari pasien tersebut sehingga memudahkan perawat mengetahui apa sebernarnya yang dialami pasien sampai menyebabkan penyakit.

Perlu di ketahui jika dalam suatu sistem telah kehilangan satu komponen maka sistem tersebut tidak akan berjalan sebagaimana mestinya. Suatu sistem akan berjalan dengan baik apabila di lakukan secara bertahap dan tetap berdasarkan tujuan.

1.    Tujuan Sistem

Suatu sistem adalah untuk mencapai suatu tujuan (goal) atau mencapai suatu sasaran (objectives). Goal meliputi ruang lingkup yang luas, sedangkan objectives meliputi ruang lingkup yang sempit. Kalau suatu sistem tidak mempunyai sasaran, maka operasi sistem tidak akan ada gunanya. Sasaran dari sistem sangat menentukan sekali masukan yang dibutuhkan sistem dan keluaran yang akan dihasilkan sistem. Karena suatu system dikatakan berhasil jika mencapai tujuan dan dikatakan gagal jika tujuannya tersebut tidak tercapai.

2.Klasifikasi Sistem

a.Kesatuan atau Nonsumatisivitas

Suatu sistem yang dicirikan oleh sifat-sifat kesatuan. Keseluruhan lebih besar dari pada jumlah bagian-bagiannya, dan merupakan cara yang lazim untuk mendefinisikan konsep ini (Wright dan Leahey, 18984, young, 1982)

b.    Sistem Sosial

Sistem sosial ialah suatu model organisasi sosial, sistem sosial merupakan suatu sistem yang hidup, yang memiliki suatu sistem unit yang berbeda-beda dengan bagian-bagian komponennya dan dapat dibedakan dari lingkungan oleh suatu batas yang didefinisikan secara jelas. Parson dan Bales (1955), mendefinisikan suatu sistem sosial suatu sistem yang terdiri dari peran-peran sosial yang dilihat oleh interaksi dan saling ketergantungan satu sama lain. (Anderson & Carter, 1974).

c.    Sistem Terbuka

Sistem yang dicirikan oleh tingkat interaksi sistem tersebut dengan lingkungan sekitarnya. Sebuah sistem terbuka adalah terdapat dalam suatu lingkungan yang dengannya sistem tersebut berinteraksi, sistem terbuka tersebut memperoeh asupan dan terhadap lingkungan sistem tersebut memberikan keluaran. Interaksi lingkungan sangat penting bagi keberlangsungan hidup sistem tersebut ( Buckley, 1967). Berdasarkan definisi ini suatu sistem yang hidup adalah sestem terbuka.

d.      Sistem Tertutup

Secara teoritis, sebuah sistem tertutup berbeda dengna sistem terbuka, sistem ini tidak berinteraksi dengan lingkungan. Sebuah inti yang self complete, untuk kelangsungan hidupnya, sistem ini tidak tergantung kepada pertukaran lingkungan yang berlangsung terus-menerus. Karena belum ada sistem tertutup murni yang mendemonstrasikan dalam realita, “tertutup” menyatakan suatu kurangnya pertukaran energi yang melewati batas-batas suatu sistem(Parson & Bales, 1955).

2.    Pendekatan Pendekatan Yang Dapat digunakan untuk Menerangkan Dalam Sistem

a.    Prosedur

Yaitu “suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang berupa urutan kegiatan yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu”. Prosedur adalah “rangkaian operasi klerikal (tulis menulis), yang melibatkan beberapa orang di dalam satu atau lebih departemen yang digunakan untuk menjamin penanganan yang seragam.

b.    Komponen/elemen

Yaitu “kumpulan komponen yang saling berkaitan dan bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan tertentu”. Suatu sistem dapat terdiri dari beberapa sub sistem, dan sub-sub sistem tersebut dapat pula terdiri dari beberapa sub-sub sistem yang lebih kecil.

B.  Konsep Berubah

Bagi sebagian individu, perubahan dapat dipandang sebagai suatu motivator dalam meningkatkan prestasi atau penghargaan. Tapi kadang-kadang perubahan juga dipandang sebagai sesuatu yang mengancam keberhasilan seseorang dan hilangnya penghargaan yang selama ini didapat.

Perubahan muncul dalam beberapa macam, ada yang bersifat positif dan yang bersifat negatif. Perubahan positif dapat membawa pandangan individu menjadi lebih berkembang, menjadi lebih luas cara berpikirnya. Perubahan negatif dapat menyebabkan individu menjadi menurun atau terfokus pada hal-hal yang dapat merugikan dirinya sendiri.

Perawat harus mengetahui sampai sejauh mana pengetahuan dari individu sehingga memudahkannya untuk mengetahui apakah perubahan yang terjadi pada pasien sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Disamping itu perubahan yang terjadi pada seorang pasien bergantung pada bagaimana sikap seorang perawat melakukan pelayanan kesehatan.

Contohnya, dalam memberikan pelayanan kepada seorang pasien yang sedang sakit parah. Peran seorang perawat disini sangat penting, karena seorang pasien yang sakit parah sangat membutuhkan banyak dukungan bahkan perhatian baik dari keluarganya maupun dari perawat itu sendiri. Tapi jika sikap seorang perawat itu tidak memperhatikan apa yang sedang dibutuhkan pasien tersebut maka dalam hal ini, seorang perawat di anggap gagal dalam melakukan pelayanan terhadap pasien. Karena salah satu bagian yang sangat penting, ketika menjadi seorang perawat adalah bagian dari melayani.

Ketika kita melayani dengan sungguh-sungguh kepada seseorang (pasien), tanpa melihat latar belakang dari orang (pasien) tersebut, itu dapat di ibaratkan kita sedang melayani Tuhan. Karena jika kita bekerja dengan sungguh-sungguh dan sepenuh hati, maka dampak yang akan kita peroleh juga terutama kita sebagai seorang perawat,  lebih besar dan akan sangat bermanfaat bagi kehidupan kita.

1.       Kecepatan Perubahan

Kecepatan suatu perubahan akan meliputi berbagai aspek di antaranya :

a.    Jenis dan kecepatan suatu perubahan akan mempengaruhi sistem respon terhadap perubahan itu sendiri,

b.    Perubahan yang terjadi dengan cepat memungkinkan seseorang resisten terhadap perubahan,

c.    Perubahan yang sangat lambat, biasanya diasumsikan sebagai yang mudah untuk diimplementasikan.

2.    Pola Perubahan

Pola perubahan meliputi :

a.    Perubahan dapat berlangsung terus menerus , kadang-kadang, atau jarang,

b.      Perubahan yang dapat diprediksi menungkinkan adanya persiapan, tetapi yang bersifat tiba-tiba atau tidak dapat diperkirakan akan sulit merespon secara efektif,

c.    Perubahan yg tiba-tiba akan sulit untuk ditangani.

3.    Karakteristik Perubahan

Karakteristik perubahan yaitu :

a.    Tidak semua perubahan itu sama,

b.    Tidak dapat dianalisis bersama-sama,

c.    Berbeda : jenis, intensitas, pola,dan kecepatan.

4. Alasan  Perubahan diperlukan

Alasan mengapa perubahan itu diperlukan dalam praktek keperawatan yaitu:

a. Meningkatkan kesejahteraan dan kenyamanan bagi perawat dan klien,

b. Meningkatkan profitability,

c. Meningkatkan kinerja ,

d. Memberikan kepuasan bagi individu dan kehidupan sosialnya.

BAB IV

PENUTUP

A.  Kesimpulan

Berdasarkan teori diatas kami kelompok dapat menyimpulkan bahwa prinsip-prinsip keperawatan secara holistik yang di dalamnya memiliki teori sistem dan konsep berubah merupakan bahan ajar yang memudahkan kami sebagai seorang perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

Sistem akan berjalan lancar apabila di gerakkan secara bersama- sama tanpa mengesampingkan yang lainnya. Begitu juga dengan  konsep perubahan. Perubahan dapat membawa individu menjadi lebih berkembang sesuai dengan kemampuan masing-masing.

B.  Saran

1.    Sebaiknya sebagai seorang perawat, apabila akan melakukan pelayanan kesehatan, perawat harus mempelajari dahulu apa-apa yang menjadi prioritas dalam memberikan pelayanan kesehatan sehingga tidak menimbulkan hal-hal yang merugikan pasien.

2.    Perawat harus mempelajari sistem dan perubahan yang ada dalam diri seorang pasien tanpa membandingkan status ekonomi dari pasien tersebut sehingga tidak menimbulkan perbedaan pendapat.

3.    Hadapi setiap perubahan dengan tenang dan penuh humor (yakinlah bahwa perubahan adalah hal yg sulit, dan menjadi agen pembaharuan akan lebih sulit).

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Perubahan Dalam Keperawatan. Wikipedia. Jakarta. Dalam http://rofiqahmad.wordpress.com/2008/05/07/perubahan-dalam-keperawatan/. Diakses pada 31 Agustus 2010 Pukul 13:05 wita

Anonim. 2010. Aplikasi Teori Adaptasi Dalam Kasus Discectomi. Wikipedia. Jakarta. Dalam  http:///F:/aplikasi-teori-adaptasi-dalam-kasus.html. Diakses pada 31  Agustus 2010 Pukul 14:01 wita

Arifiyanto, Dafid. 2008. Konsep Berubah. Wikipedia. Jakarta. Dalam

http://dafid-pekajangan.blogspot.com/2008/03/konsep-

       berubah.html.Diakses pada31 Agustus 2010 Pukul 12:40 wita

Barbara, Kozier dkk. 2006. Praktek Keperawatan Profesional. Edisi 4. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta.

Hidayat, Alimul Aziz A. 2007. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Penerbit Salemba Medika. Surabaya

Nursalam, Dr. 2008. Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2. Penerbit

salimba medika. Jakarta

The GazettE – Guren

Guren ( Teratai Merah )

Maafkan aku … sesaat saja, biarkan aku tertidur dalam namamu

Hari-hari yang tlah trlewat membuat kita semakin dekat
Rasa sakit bercampur dengan sukacita
Kedua tangan ini menggambarkannya
Aku menangis saat memikirkanmu

Hujan kesedihan, lebih baik jika tetap tidak diketahui
Saat tertidur ku menggigil, aku mengingat-ingat
Apa yang ingin kau lihat dalam mimpi ini?

Aku tak ingin kau menghilang
Meski hanya sdikit desahan, biarkan aku mendengarnya
Detak jantung kecil yang tak lagi ada
Aku ingin kau ada di sini!

Mimpi yg tak berganti, jika ini terus berlanjut
Kumohon jangan berhenti
Meski tak bisa disebut ‘kebahagiaan’
Hari-hari yg suram terus berputar dalm diriku

Aku tak ingin kau menghilang
Meski hanya sdikit desahan, biarkan aku mendengarnya
Detak jantung kecil yang tak lagi ada
Aku ingin kau ada di sini!

Meski tangan penyelamatan terlihat samar
Akankah sebuah kepompong terbebas dari benangnya tanpa merobeknya?
Aku tak ingin kau menghilang
Aku ingin mendengar desahan kecil itu

Dalam irama dari suara detak jantung kecil
Biarkan doa ini tersampaikan
Kudekap erat sebuah nama yang tak dapat kupanggil
Dengan jari kumenghitungnya

Hari esok takkan lenyap
Dengan telinga yg tertutup kumendengar suara ayunan berderak
Bunga ‘Teratai Merah’ mekar di musim semi yg takkan pernah kembali Baca lebih lanjut